" Nggak apa-apa " jawabku menyetujui.
" Halo " terdengar suaranya. Selang beberapa detik kulihat agak tercenung sejenak parasnya.Â
" Ada " kudengar lagi suaranya, kali ini wajahnya agak terlihat menahan kesal. Â Rasa heranpun ku tepiskan, aku tidak mau mencampuri urusan orang lain.Tak berapa lama dia pun menyudahi obrolannya, atau yang disebrang yang menyudahinya. Aku tak tahu.Â
Kembali kami berpandangan, tapi kali ini sorot matanya sungguh berbeda dengan pertama kali saat kami berpapasan. Benar - benar aneh. Aku jadi membayangkan jika aku ini suaminya seolah-olah aku telah berbuat salah atau dianggapnya telah berselingkuh. Diapun dengan leluasa ingin menerkamku. Hhiii.....ngeri. Sambil menunggu dia ngomong, tenggorokan ini rasanya minta dibasahi. Kuambil segelas jeruk hangat yang disuguhkan tadi. Disaat bibirku dan bibir gelas bersentuhan, tiba - tiba......
" Ada apa dengan Ningsih ?" Dengan intonasi yang tenang dan bernuansa bossanova  terucap dari bibirnya. Kalem dan teduh. Namun itu membuatku terhenyak. Hingga seruputan wedang jeruk hangat pun sebagian berceceran dilantai.
" Ooohh rupanya tadi yang menelpon Ningsih teman karibnya " batinku sambil mengernyitkan dahi. Entah apa yang jadi topik pembicaraan diantara mereka berdua, aku tak tahu. Dan akupun hanya bisa bengong. Tidak sanggup menjawab pertanyaannya. Untuk saat ini.
 Cirebon, 2 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H