Iya tersenyum mempersilakan duduk. Rasa gugupku luar biasa.
"Tenanglah mengapa harus terlihat seperti itu!"
Aku pun duduk namun tak berani berkata apapun. Hanya ucapan Luar Biasa dalam hati.
"Nikmatilah penelitianmu di sini. Atau mungkin ingin menggantikan posisiku pun aku tak keberatan sama sekali!"
"Baiklah satu pertanyaan saja, Pak?"
"Oh Apa itu?"
"Apa harapan Bapak terhadap penelitian saya nantinya?"
"Harapan? Hhmm Baiklah. Aku ingin kamu mendapatkan rasa bersyukur setelah selesai nanti, namun jika tidak mendapatkan mungkin aku tak akan menandatangani hasil penelitianmu di ruangan ini. Intinya sampai mendapatkan itu dan kuberikan keleluasaan untuk itu!"
Aku diam dan belum berani memberikan jawaban.
"Aku permisi!"
"Bapak mau ke mana?"