Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yin... Setitik Putih di Antara Hitam

25 Oktober 2013   03:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:04 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Esok paginya... dengan berseragam tentara dan membawa senjata laras panjang... kulangkahkan kakiku kembali ke kediaman Mayang... namun tak kutemukan mereka di situ. Setelah bertanya pada tetangga kudapatkan kabar bahwa Mayang di bawa ke rumah keluarga sahabatku. Tak menunggu lagi ku menuju kampung tempat keluarga sahabatku. Sebelumnya kumeminta bantuan kepada ketua RT untuk menunjukkan di mana rumah keluarga sahabatku itu. Tanpa curiga ketua RT pun menunjukkan tempat yang kumaksud dan malah mengantarkanku... ia tak curiga karena benar-benar menganggap bahwa aku adalah seorang tentara.

Begitu tiba... tanpa ragu dan penuh amarah... kudobrak pintu... kudapatkan Mayang, sahabatku dan juga keluarganya... entah apa yang merasuki pikiranku waktu itu... kuberondong seluruhnya dengan senjata laras panjang hingga tak bernyawa seluruhnya. Ketua RT yang menyaksikan hal itu menjadi ketakutan... kuberteriak untuk mengancamnya agar jangan banyak mulut atau ia pun akan bernasib sama... setelah itu kuberteriak kembali agar ketua RT itu lari sebelum aku berubah pikiran... ia pun lari ketakutan.

Setelah itu seluruhnya kubenamkan dalam sumur tua di belakang rumah keluarga sahabatku. Setelah itu aku kembali ke kampungku sendiri.

***

Beberapa hari kemudian... apa yang telah kulakukan akhirnya tercium juga... namun malahan kudatangi tempat kejadian dan membantu para petugas penyidik sambil berkata... "Sadis sekali orang yang melakukan ini". Ternyata memang tak ada yang curiga... dan setelah itu pun aku pulang kembali. Sedikit Tenang.

Namun... akhirnya tercium juga apa yang telah kulakukan. Dua kali ku disergap, dan dua kali pula peluru petugas pemburu yang memburuku tak dapat menembus tubuhku. Namun ketiga kalinya rupanya petugas pemburu membawa orang yang tahu kelemahanku. Dan orang itulah yang melumpukanku dengan batang kayu penumbuk beras. Orang yang ternyata adalah teman satu guru semasa belajar ilmu bela diri dan kebatinan.

***

Hukuman Mati akhirnya dijatuhkan atas apa yang telah kulakukan. Kembali ke Penjara... Kembali kutemukan pohon kelapa kuning yang kutanam dan telah meninggi... namun tiada lagi Jo karena ia telah bebas.

Kamar sel yang kuhuni pun bukan kamar sel yang dulu lagi... melainkan Sel Khusus yang di sebut Sel Tikus yang ditujukan untuk terhukum yang dianggap berbahaya. Penghuni Sel Tikus pun dilengkapi dengan belenggu lengan dan kaki dengan rantai panjang.

Hari-hari yang membuatku merenung... teringat kembai dengan masa kecil... bermain... belajar... bekerja di ladang bersama kedua orang tuaku. Hingga satu waktu aku teringat dengan pesan kedua orang tuaku dulu mengenai mendekatkan diri pada Tuhan dengan doa dan beribadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun