"hhmm ok jika begitu... tapi coba pikir jika satu waktu kamu tidak bekerja lagi? kepada siapa mereka akan meminta? apakah akan menceraikan isterinya atau pun suaminya atau tak lagi mengurus anaknya jika kamu sudah tak bekerja dan mengirimkan uang? Lantas bagaimana jika satu waktu kamu yang menikah... kamu mau minta tolong siapa Pi?"
"Entahlah... rasanya aku ingin mati saja Sobat!"
"Tidak seperti itu caranya Pi... kamu harus berani berkata tidak!!! Kakak-kakakmu itu kan laki-laki... mereka yang menikah.., mereka yang merasakan enaknya kok kamu yang menanggung biayanya... laki-laki macam apa itu... terus juga adik perempuanmu... kan harusnya calon suaminya yang keluar biaya... masa harus dari kamu juga Pi?"
"Itulah yang membuatku rasanya ingin mati Sobat... harus kuulangi berapa kali?!"
"Ya ya ya sabarlah jika begitu Pi!"
"Memang benar apa katamu Sobat... Memang akan jadi pilihan yang sulit."
Ya memang sangat sulit buatku... Hepi... yang kemudian aku tahu bahwa namaku artinya jika dikaitkan dengan kata berbahasa Inggris Happy artinya adalah bahagia, hanya berbeda huruf namun bunyinya sama. Aku seharusnya sudah bahagia, sudah bisa memiliki usaha di tanah air jika selama ini uang yang aku kirimkan benar-benar dikelola dengan baik oleh orang tuaku seperti ucapan mereka ketika pertama kali menerima uang kirimanku.
Memang benar kata sobatku... kakak-kakak laki-lakiku seharusnya bisa bekerja dan tak melulu bergantung padaku. Aku sendiri bukannya tak memikirkan masa depanku. Usiaku makin bertambah, ada keinginan yang sangat ketika melihat seorang ibu muda yang menggendong anak... aku pun ingin seperti itu.
Kini ku hanya bisa berdoa... berdoa semoga Tuhan bisa membukakan hati saudara-saudara kandungku agar mereka bisa mandiri dan tak melulu menggantungkan nasibnya pada penghasilanku.
Kuputuskan akan tetap bekerja di luar negeri... untuk saat ini biarlah kuikhlaskan jika orang tuaku demikian. Aku terpojok dengan sebuah kata "Bakti" yang sesungguhnya telah terkontaminasi dengan hasutan dari kakak-kakak maupun adik-adikku. Biarlah aku ikhlas dan baru benar-benar bisa akan berkata tidak manakala satu waktu nanti ke dua orang tuaku telah tiada. Mungkin saat itulah aku baru benar-benar bisa merasakan kebahagiaan atas hasil kerja keras dan keringatku sendiri. Â Bukan berarti aku ingin agar mereka cepat tiada. Aku tetap sayang pada mereka.
"Ya Tuhan... berikan hambamu ini kekuatan... agar bisa menjalani ujian berat ini."