Suara keras itu pun mengguncang tanah dan dari dalam tanah berhamburan semut-semut hitam banyak sekali. Di antara ribuan semut yang keluar itu ada yang paling besar tubuhnya. Antulus berjalan cepat sambil memberi komando pada ribuan semut lainnya. Ia pun tiba di tengah-tengah tubuh Rundo dan Tika.
"Kalian lihat wahai sepasang burung layang-layang... mereka itu manusia-manusia yang dengan begitu liarnya menebangi hutan cemara di tempat ini! Mereka memang mahluk yang paling pintar dan cerdas, bahkan bisa dikatakan sempurna, namun banyak sekali dari mereka yang tak bisa kembali ke Surga di langit sana, karena Hati mereka telah penuh dengan keserakahan, kebencian, dan juga kebodohan. Mereka banyak melakukan pengrusakan pada Bumi ini tanpa memikirkan apa akibatnya nanti. Mereka telah lupa dengan hati kecil mereka!"
"Ya benar kata Antulus... mereka manusia telah lupa dengan hati kecil mereka!" Demikian barisan panjang semut hitam yang mengikuti komando Antulus mengiyakan.
***
Rundo menatap ke arah Tika dan berkata...
"Kau dengar itu Tika? Hati Kecil Mungil yang penuh dengan Pelayanan dan Kerendahan Hati! Itulah yang dimaksud oleh Polaris agar kita dapat terbang ke langit sana.
Tika menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, tak lama matanya pun menutup. Ia terbaring dalam senyuman tentang makna sebuah pelayanan yang tulus bagi kehidupan.
Rundo pun tersenyum, namun masih kuat untuk menghembuskan beberapa kali nafasnya sambil mendendangkan sebuah syair...
"Kepak layang burung-burung itu berkata pada pucuk-pucuk cemara…
Setinggi apa pun kau bertunas, kau takkan mampu menggapai langit biru!
Terlalu tinggi tanpa menguatkan akar-akarmu malah akan merobohkanmu lebih cepat manakala angin kencang menerpamu!