Di sebuah lubang kecil dari gugusan tebing pantai di bagian selatan Bumi...
Tampak sepasang Burung Layang-layang dengan sepasang sayap dan kepala berwarna biru kehitaman dan bagian dada berwarna putih sedang gundah-gulana sambil memandang deburan ombak yang begitu kencang terhempas sapuan angin laut dan meninggi hingga cipratannya terkadang menerpa tubuh mereka berdua. Si Jantan bernama Hirundo dan si Betina bernama Rustika. Rundo dan Tika biasanya burung layang-layang lain memanggil mereka.
Sesekali mereka saling berpandangan, lama terdiam entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Berhari-hari hal itu telah berlangsung, hingga di suatu senja...
"Rundo... sampai kapan angin kencang ini akan terus bertiup? Aku sudah tak tahan dengan keadaan ini dan semua serangga di celah-celah dinding tebing ini pun tak ada yang keluar akibat tiupan angin yang seperti ini. Aku lapar sekali Rundo!"
"Sayup-sayup kudengar tadi suara para nelayan yang mengatakan bahwa hal ini akan berlangsung sekitar 12 Minggu lagi!"
"Lama sekali jika begitu, mengapa kita tak mengikuti yang lainnya yang telah terbang mengikuti arah angin ke arah Utara?"
"Kita sudah tak muda lagi wahai Tika yang setia! Sayap-sayap kita sudah tak sekuat sayap-sayap mereka yang telah hijrah ke Utara!"
"Lalu kita harus bagaimana lagi Rundo yang Perkasa? Apakah kita harus diam menunggu hari terakhir kita di tempat ini?"
"Nanti malam akan kutanyakan kepada Polaris si Ekor Biduk di langit sana. Bersabarlah Tika!"
Tika mengganguk kemudian kembali menatap deburan ombak dan tiupan angin yang begitu kencang.