Mohon tunggu...
Fajar Setiawan
Fajar Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syahid

Meminati sosial-keagamaan, bahasa dan sastra, olahraga khususnya sepak bola, dan (sedikit) politik. Menulis saat ingin dan sempat. Semoga selalu ada manfaat yang bisa didapat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Pagi di Warkop Mak Ijah

10 Oktober 2023   11:26 Diperbarui: 10 Oktober 2023   11:31 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nih, tehnya, To. Sudah siap.", ucap Mak Ijah sambil menyodorkan segelas teh hitam yang masih cukup panas.

"Mantap! Terima kasih, Mak.", balas Anto dibarengi senyum manisnya.

"Eh iya, omong-omong, gimana nih, pilihan lu pada buat Pemilu tahun depan?", tanya Anto pada Gilang dan Parjo sambil mengambil sepotong pisang goreng.

"Yah elah, harus banget apa pagi-pagi begini ngomongin politik, To? Hahaha. Gue sih bodo amatlah milih siapa nanti, asal pilih aja. Toh hasilnya paling sama, utang negara makin numpuk, keadilan makin ngawur, apalagi wong cilik kayak kita, sulit dijangkau sama mereka!", jawab Parjo dengan suara keras sambil menggebrak meja dan menyenggol teh milik Anto hingga membuat gelas terjatuh dan pecah seketika.

Anto yang belum meminum teh itu sama sekali pun sedikit tertawa sekaligus geram karena gaya Parjo yang terlalu membara sehingga menjatuhkan tehnya. Untungnya, teh panas itu tidak mengenai salah satu dari mereka.

Alhasil, Anto segera memesan kembali teh baru pada Mak Ijah dan mengatakan bahwa Parjo akan membayar harga gelas dan teh yang jatuh tadi. Parjo mengiyakan meski tampak ragu.

Tak berselang lama, obrolan pun berlanjut.

"T-tapi nih ya, kalo menurut gue sih omongan Parjo ada betulnya, cuma, gimanapun itu, kita tetep harus pilih calon yang terbaik gak sih? Kita pilih lah mereka yang rekam jejaknya paling bagus, baik secara pribadi maupun partainya.", ujar Gilang dengan penuh keyakinan.

"Nah, betul tuh. Mau siapa pun calonnya, ya kita harus milih secara bijak. Jangan asal pilih apalagi golput. Tipsnya, pilih aja yang kejelekannya paling sedikit!", tambah Anto.

"Iya iya, paham deh gue. Oh iya gue heran juga deh sampe sekarang masih ada aja orang yang ngata-ngatain cebong, kampret, sama kadrun di medsos. Kok bisa ya mereka sefanatik itu sama calon pilihannya?! Padahal dukung ya tinggal dukung aja, gak harus ngata-ngatain orang lain yang bersebrangan pake istilah aneh gitu!". Parjo kembali bersuara lantang dan tanpa sengaja menggebrak meja untuk kedua kalinya.

Gebrakan itu pun membuat meja yang memang sebetulnya sudah agak rapuh itu roboh seketika. Penganan, teh Anto serta kopi milik Gilang dan Parjo jatuh bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun