Mohon tunggu...
Nisa Sawalia
Nisa Sawalia Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMK

Hobi menulis puisi, cerpen, kritik dan menggambar Seorang siswi SMK biasa saja , ingin mencoba banyak hal selagi masih sekolah hanya tinggal beberapa bulan saja Saran dan kritik bapak, ibu, kakak, adik sangat saya butuhkan untuk menjadi lebih baik lagi, Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan, Hujan dan Teriknya Matahari

4 September 2023   21:08 Diperbarui: 4 September 2023   22:13 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kau datang? " 

"Iya aku datang, Apa kau yakin aku pantas untukmu sekarang? " 

12 tahun silam, saat aku mengenakan seragam putih abu-abu semua hal yang membuatku tersenyum dan menangis kenangan itu kembali berputar di kepalaku. 

"Iya suara adzan dia bagus banget dia juga masuk SMK" 

" iya, iya sih bagus suaranya, SMK juga? "

"Iya, keren banget sih, kawan aku tu..."

 Kesekian kalinya aku memujinya tanpa kusadari. 

"kamu masih suka sama si doi?""

"Iya nggak tahu nih, capek pengen move on tapi gamon mulu, gimana ya? "

"Nggak tahu sih lagian ngecrushin orang lama banget, udah 8 tahun nih! "

"Hehehe"

Sebuah percakapan lama dengan temanku saat aku masih SMK. Aku hanya bisa tersenyum di Bibirku, hatiku sakit sekali cinta yang bertepuk sebelah tangan, awalnya biasa saja cuma jadi lama-lama jadi sering sedih. 

Aku kurang fokus belajar dan gak semangat sekolah selama kelas 1 dan 2 SMK, hari-hari yang menyiksa. 

Saat aku naik kelas 12 aku bertekad mencoba melupakannya untuk kesekian kalinya, rasa itu lepas tetapi kembali saat aku melihat parasnya, mengingatkanku kembali kenangan-kenangan pahit dan manis saat dulu begitu aku menyukainya, tekadku sudah bulat aku mulai menghilangkan kebiasaanku yang berkaitan dengannya, tidak lagi melihat rumahnya di seberang jalan menuju Jalan sekolahku, berhenti mendengarkan lagu "Kenangan Terindah", berhenti membuat puisi tentangnya, meski sisa-sisa rasa itu masih ada, aku dapat bilang itu berhasil, aku bahkan mentraktir kawanku karena keberhasilanku itu. 

Ternyata hatiku yang hampir kosong aku bersihkan ini kedatangan tamu, dia yang humoris masuk menjadi pelengkap move on ku aku hanya akan menyukainya sekedar kagum aku tidak ingin lebih takut patah hati kembali, puisi-puisi tentangnya mulai memenuhi buku puisiku, lelaki yang tanpa sadar aku puji-puji selama ini ternyata aku menyukainya. 

Sejak bersamanya cerita-cerita lucu dan berani muncul, aku dulunya lebih tertutup akan segala hal ini kini lebih terbuka, aku dulunya sangat membenci matahari kini tersenyum sama teriknya di pagi hari saat matahari bersinar, lebih banyak tersenyum, lebih menerima keadaan. Aku merasa lebih lega juga merasa lebih bahagia. 

Dia dan aku mulai dekat meski aku yang selalu menghubunginya terlebih dahulu sekedar memberitahukan kegiatanku yang sederhana yang sebenarnya tidak perlu, sharing cerita di kelas ku, tugas sekolah dan musik, nyaman itulah yang kurasakan. 

Mataku terganggu dengan gerakan tangannya, menyadarkanku yang sedang bengong sambil senyum-senyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum ganteng ya? "

"Idih pede banget kamu" 

Kami berdua tertawa bersama lanjut sedikit bercerita kisah lama di cafe milikku, menceritakan saat kami sekolah bersama dan masa-masa putih abu-abu juga perjuangan mencari kerja, setelah masa lalu kini kami membicarakan masa sekarang, kalian tau? dia benar-benar mengejar pencapaianku, dia juga punya Cafe Dan beberapa outlet dan sebuah perusahaan kapal, dia suka iseng pamer pencapaiannya kepadaku. 

"Kau menempati janjimu ya?, sekarang aku harus apa? "

"Ini sudah cukup lama, kamu banyak yang ngantri ya?"

"Iya nih banyak banget"

"Kepedean banget kamu"

"Cantik nggak aku sekarang? "

 "Lumayan"

"Lumayan mulu, bilang iya aja susah banget!"

"Iya cantik, sebentar ya aku ke toilet dulu"

 Dia pamit sementara aku di sini menunggu lumayan lama. 

Musik waltz terdengar di speaker cafe ku, dia datang dengan gaya seorang pangeran, meminta tanganku. 

"Bisa dansa kan? bisa dong, Masa nggak bisa?" 

Aku meraih tangannya, berdansa di tengah Cafe menjadi tontonan pekerja dan pelanggan cafe-ku tak lupa ada juga yang merekam, musik itu hampir selesai, dia menekukkan lututnya mengambil sebuah kotak merah dari dalam sakunya. 

Indah, cincin yang indah, berukir mahkota dengan ruby di tengah dan berlian pendamping lainnya, tanpa kata, sunyi, kami tak butuh kata-kata yang banyak, aku hanya perlu tersenyum seterik matahari Dalam sekejap cincin itu telah berpangkal di jari manisku, kami bertemu lagi setelah 10 tahun setelah janjinya, Janji Kita bersama menjadi ambisius mengejar Cita terlebih dahulu, hujan datang bukan gerimis tetapi tidak lebat juga, kami berdua segera berlari keluar menari berbahagia kami pencinta hujan yang sederhana tetapi kami tetap tersenyum saat matahari datang, menerima perubahan cuaca hari ini yang tampak mendukung kebersamaan kami, sungguh pertemuan setelah 10 tahun yang indah, aku tak tahu lagi harus berkata apa, sepertinya inilah puncak hidupku. Aku ingin hingga tua tetap begini, mencari bahagia yang sederhana bersama-sama mencintai dan mengagumi sesuatu tanpa melihat ketidaksempurnaan yang tak perlu, ingin bahagia berdua di dunia yang katanya singkat ini, menjadi kenangan manis saat di atas sana. 

Bukan sebuah cerita yang mulus, banyak sekali jatuh dan bangunnya Aku dan Dia bertambah tak ada komunikasi antara kami selama 10 tahun ini aku telah menemukan tempat ternyaman ku untuk pulang. Kami mencintai dalam sunyi di bawah rintik hujan dan teriknya matahari, hanya sebuah kebahagiaan yang sederhana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun