Mohon tunggu...
Nisa Sawalia
Nisa Sawalia Mohon Tunggu... Lainnya - Siswi SMK

Hobi menulis puisi, cerpen, kritik dan menggambar Seorang siswi SMK biasa saja , ingin mencoba banyak hal selagi masih sekolah hanya tinggal beberapa bulan saja Saran dan kritik bapak, ibu, kakak, adik sangat saya butuhkan untuk menjadi lebih baik lagi, Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bujang yang Taat

21 Agustus 2023   20:15 Diperbarui: 21 Agustus 2023   21:03 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa tinggallah seorang anak laki-laki bernama Bujang, ia tinggal bersama ayah, ibu dan adik-adiknya, mereka tinggal di sebuah rumah yang sederhana kehidupan mereka juga sangat sederhana mereka keluarga yang baik selalu taat agama. Bujang diajarkan untuk selalu menjadi kuat oleh ayahnya.

"Brakk"

Suara ranting-ranting jatuh, seorang anak laki-laki terjatuh. Mukanya merah matanya mulai berlinang air mata.

Seorang laki-laki besar dan tinggi menghampirinya.

"Ya ampun Bujang lemah sekali kau ini pohon ini tidaklah tinggi.

Laki-laki itu mengangkatnya dan menempuk bahunya.

"Jadilah laki-laki yang kuat bujang, kelak kau akan menjaga ibumu dan adik-adikmu"

Bujang menatap laki-laki itu, tangisannya berhenti.

"Iya ayah, aku akan menjadi kuat"

Hari-hari berlalu musim badai datang, desa tempat tinggal Bujang mengalami musibah krisis pangan, para warga kelaparan, hujan yang tak kunjung henti. Para nelayan tak punya pilihan selain melaut, satu dua nelayan beruntung mendapatkan hasil dan pulang dengan selamat meski keadaannya begitu parah, selebihnya tak kunjung pulang.

"Dinda, aku tak punya pilihan aku akan melaut dinda demi anak-anak kita, kita tak punya makanan lagi" jelas ayah Bujang.

"Bujang jaga ibumu dan adik-adikmu selagi ayah pergi melaut, bersabarlah ayah akan pulang bawa ikan"

"Baik ayah, pulang lah dengan selamat"

Ibu bujang dan adik-adiknya melepaskan suami dan seorang ayah dengan tangisan, berharap ayah mereka dapat pulang dengan selamat nantinya"

Dua hari berlalu para warga saling membantu walau hanya dapat sepotong ikan untuk satu keluarga, badai berlalu, hujan berhenti membuat sibuk para warga desa, mereka mulai membersihkan puing-puing rumah yang roboh dan mulai menanam apa saja yang cepat tumbuh agar kondisi mereka lebih baik.

Berhari-hari ayah bujang tak kunjung pulang, mereka satu keluarga telah mengerti ayah mereka tak akan kunjung pulang, mereka berduka atas ke tidak pulangan seorang suami dan juga ayah, berusaha mengikhlaskan nya.

"Bujang apa yang kau lakukan? "

Tanya pakcik yang melihatnya membantu pekerjaan orang dewasa.

"Ayah ku tak akan pulang dan aku akan menjadi kuat, aku akan menjaga ibu dan adik-adikku, aku akan mulai bekerja pakcik"

"Baguslah bujang, berbakti sekali kau, mari sini bantu pak cik nanti pak cik akan beri kau beras"

"Terima kasih pakcik" Bujang menjawab dengan lembut

"Mak aku pulang"

"Bujang kenapa kau kotor sekali?"

"Aku bekerja mak, lihatlah aku bawa beras untuk kita makan, masaklah ini mak"

"Terima kasih Bujang, ayah kau pasti bangga melihat mu dari atas sana"

Azan terdengar dari mushola yang tak jauh dari rumah.

"Bujang sholat aja dahulu, doakan ayahmu yang telah pergi"

Ucap ibu Bujang

"Baik mak, adik-adik ayo kita sholat dulu abang akan jadi imam kalian"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun