Dengan journaling, individu bisa memahami perbedaan antara perilaku sayang dan perilaku manipulatif yang berlebihan (toxic).
3. Mencari Dukungan Profesional dan Kelompok
Dukungan dari terapis profesional atau kelompok pendukung bisa menjadi langkah penting untuk pulih dari hubungan toxic. Terapi kelompok memberikan ruang aman untuk berbagi pengalaman dengan individu lain yang memiliki situasi serupa. Ini membantu korban merasa didengar, dipahami, dan termotivasi untuk keluar dari hubungan yang merugikan.
4. Bangun Kembali Self-Love dan Self-Worth
Korban toxic relationship sering kali kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak layak dicintai. Oleh karena itu, membangun kembali self-love menjadi prioritas. Mulailah dengan:
Melakukan aktivitas yang disukai dan bermanfaat.
Menghabiskan waktu bersama orang-orang yang mendukung.
Mengucapkan afirmasi positif setiap hari untuk membangun kepercayaan diri.
Seperti yang ditemukan dalam penelitian, individu yang berhasil menerapkan CBT menunjukkan peningkatan signifikan dalam cinta diri dan citra diri yang lebih positif.
5. Buat Rencana Keluar yang Aman
Jika hubungan toxic melibatkan kekerasan fisik atau ancaman serius, penting untuk membuat rencana keluar yang aman. Libatkan pihak berwenang atau organisasi yang mendukung korban kekerasan dalam rumah tangga agar proses keluar dari hubungan tersebut berjalan lancar.