Belum lama ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh pengumuman kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur. Rencananya, harga tiket naik ke Stupa untuk wisatawan lokal dibanderol Rp 750.000 dan untuk wisatawan asing dibanderol $100 atau berkisar Rp 1,45 juta. Kenaikan harga tersebut dikhawatirkan malah menjadi bumerang untuk pengelola candi karena dinilai terlalu mahal.
Banyak masyarakat Indonesia yang mengira harga tersebut adalah harga tiket masuk ke lokasi Candi Borobudur. Padahal, harga tiket masuk ke lokasi candi tidak berubah, tetap pada Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 25.000 untuk anak-anak. Jadi, yang rencananya akan naik adalah tiket untuk naik ke Candi Borobudurnya saja.
Masyarakat juga mempunyai banyak spekulasi dibalik naiknya harga tiket naik ke Candi Borobudur ini. Dilansir dari Kompas.com -- Dony Oskaria Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) menyatakan beberapa alasan mengapa harga tiket naik ke Candi Borobudur dinaikan:
- Membatasi jumlah pengunjung
- Meningkatkan pemeliharaan candi
Dua alasan tersebut tidak mengada-ngada. Banyak kesaksian yang menjelaskan pengunjung tidak mematuhi aturan. Membuang sampah sembarang, menduduki stupa-stupa, dan perbuatan lainnya yang kurang terpuji, dikhawatirkan akan membuat kondisi candi semakin menurun. Sehingga, menaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur jadi wacana sebagai solusi dari keresahan tersebut.
Bahkan, rencananya, untuk bisa membeli tiket naik ke Candi Borobudur, wisatawan diharuskan untuk reservasi secara daring.
Dari kehebohan ini, termasuk berbagai respon masyarakat yang bermacam-macam terkait wacana kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur ini, sebenarnya menandakan sesuatu, yaitu geliat pariwisata Indonesia siap bangkit. Para pelaku di industri pariwisata, brand, dan pihak terkait lainnya, bisa menanggapi hal ini sebagai harapan cerah untuk masa depan pariwisata Indonesia.
Bagaimana Minat Pariwisata 2021?
Sebelum mengetahui bagaimana kondisi ekosistem industri pariwisata di 2022, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisinya di tahun 2021. Tahun 2021 adalah periode di mana masyarakat Indonesia masih diselimuti oleh ancaman Pandemi COVID-19. Dilansir dari Kompas.com dan laporan Google Year in Search 2021 -- masyarakat semakin terbiasa dengan ambiguitas yang terjadi pada tahun tersebut.
Perilaku pencarian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata di tahun 2021 masih besar. Perjalanan domestik semakin meningkat, banyak dari masyarakat memilih kota-kota di Pulau Jawa yang masih bisa terjangkau. Hal ini membuat tren perjalanan darat semakin populer. Berdasarkan jumlah pencarian pada periode September 2021 -- Desember 2021, berikut 5 destinasi domestik paling populer:
- Bandung
- Yogyakarta
- Cisarua
- Semarang
- Batu
Jika harus digambarkan dengan angka, maka minat penelusuran untuk wisata domestik tumbuh sebesar 57%. Terkait dengan tren perjalanan darat yang semakin diminati, pencarian kata kunci sewa mobil lepas kunci naik 21% pada tahun 2021 ini. Melihat pertumbuhan ini, jelas akan semakin meningkat di tahun berikutnya, yaitu tahun 2022.
Lalu, Bagaimana 2022?
Dari Google Travel Insights -- menyebutkan secara global, wisatawan yang ingin mengunjungi Indonesia naik hingga 91% dari yang dicapai sebelumnya di tahun 2019. Hal ini dikarenakan oleh dicabutkan kebijakan pembatasan perjalanan dan karantina pada Maret 2022. Rata-rata, Bali dimana Kuta dan Ubud menjadi destinasi dengan angka penulusuran paling tinggi. Sebagian besar peminat berasal dari Australia, Amerika Serikat, India, Inggris dan Singapura.