Mohon tunggu...
StratX KG Media
StratX KG Media Mohon Tunggu... Konsultan - stratx.id

Perusahaan riset dan konsultansi marketing. Berbagi konten mengenai data, temuan, dan riset untuk kembangkan brand dari perspektif manusia dan kultur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Heboh Harga Tiket Naik ke Candi Borobudur: Travel Insights

14 Juni 2022   12:32 Diperbarui: 14 Juni 2022   12:52 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok StratX KG Media

Belum lama ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh pengumuman kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur. Rencananya, harga tiket naik ke Stupa untuk wisatawan lokal dibanderol Rp 750.000 dan untuk wisatawan asing dibanderol $100 atau berkisar Rp 1,45 juta. Kenaikan harga tersebut dikhawatirkan malah menjadi bumerang untuk pengelola candi karena dinilai terlalu mahal.

Banyak masyarakat Indonesia yang mengira harga tersebut adalah harga tiket masuk ke lokasi Candi Borobudur. Padahal, harga tiket masuk ke lokasi candi tidak berubah, tetap pada Rp 50.000 untuk dewasa dan Rp 25.000 untuk anak-anak. Jadi, yang rencananya akan naik adalah tiket untuk naik ke Candi Borobudurnya saja.

Masyarakat juga mempunyai banyak spekulasi dibalik naiknya harga tiket naik ke Candi Borobudur ini. Dilansir dari Kompas.com -- Dony Oskaria Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) menyatakan beberapa alasan mengapa harga tiket naik ke Candi Borobudur dinaikan:

  • Membatasi jumlah pengunjung
  • Meningkatkan pemeliharaan candi

Dua alasan tersebut tidak mengada-ngada. Banyak kesaksian yang menjelaskan pengunjung tidak mematuhi aturan. Membuang sampah sembarang, menduduki stupa-stupa, dan perbuatan lainnya yang kurang terpuji, dikhawatirkan akan membuat kondisi candi semakin menurun. Sehingga, menaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur jadi wacana sebagai solusi dari keresahan tersebut.

Bahkan, rencananya, untuk bisa membeli tiket naik ke Candi Borobudur, wisatawan diharuskan untuk reservasi secara daring.

Dari kehebohan ini, termasuk berbagai respon masyarakat yang bermacam-macam terkait wacana kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur ini, sebenarnya menandakan sesuatu, yaitu geliat pariwisata Indonesia siap bangkit. Para pelaku di industri pariwisata, brand, dan pihak terkait lainnya, bisa menanggapi hal ini sebagai harapan cerah untuk masa depan pariwisata Indonesia.

Bagaimana Minat Pariwisata 2021?

Sebelum mengetahui bagaimana kondisi ekosistem industri pariwisata di 2022, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisinya di tahun 2021. Tahun 2021 adalah periode di mana masyarakat Indonesia masih diselimuti oleh ancaman Pandemi COVID-19. Dilansir dari Kompas.com dan laporan Google Year in Search 2021 -- masyarakat semakin terbiasa dengan ambiguitas yang terjadi pada tahun tersebut.

Perilaku pencarian masyarakat Indonesia terhadap pariwisata di tahun 2021 masih besar. Perjalanan domestik semakin meningkat, banyak dari masyarakat memilih kota-kota di Pulau Jawa yang masih bisa terjangkau. Hal ini membuat tren perjalanan darat semakin populer. Berdasarkan jumlah pencarian pada periode September 2021 -- Desember 2021, berikut 5 destinasi domestik paling populer:

  • Bandung
  • Yogyakarta
  • Cisarua
  • Semarang
  • Batu

Jika harus digambarkan dengan angka, maka minat penelusuran untuk wisata domestik tumbuh sebesar 57%. Terkait dengan tren perjalanan darat yang semakin diminati, pencarian kata kunci sewa mobil lepas kunci naik 21% pada tahun 2021 ini. Melihat pertumbuhan ini, jelas akan semakin meningkat di tahun berikutnya, yaitu tahun 2022.

Lalu, Bagaimana 2022?

Dari Google Travel Insights -- menyebutkan secara global, wisatawan yang ingin mengunjungi Indonesia naik hingga 91% dari yang dicapai sebelumnya di tahun 2019. Hal ini dikarenakan oleh dicabutkan kebijakan pembatasan perjalanan dan karantina pada Maret 2022. Rata-rata, Bali dimana Kuta dan Ubud menjadi destinasi dengan angka penulusuran paling tinggi. Sebagian besar peminat berasal dari Australia, Amerika Serikat, India, Inggris dan Singapura.

Untuk wisatawan domestik, di bulan Maret 2022 ini, penulusuran untuk perjalanan wisata naik 16% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Di satu tahun terakhir, pada periode Maret 2021 sampai Maret 2022, penulusuran untuk bus wisata meningkat 45%, Bali 152%, dan staycations 33%. Dengan data ini, bisa diartikan bahwa minat masyarakat Indonesia yang akan melakukan perjalanan wisata sudah begitu besar.

Masih dari laporan yang sama, pada tahun 2022 ini, ada tiga destinasi teratas yang paling banyak dicari:

  • Kuta
  • Bali
  • Borobudur

Destinasi ketiga yaitu Borobudur, secara kebetulan merupakan topik pembicaraan beberapa akhir ini karena wacana Pemerintah dan pengelola yang ingin menaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur. Jika ditarik benang merahnya, keinginan masyarakat untuk berwisata sudah tidak tertahankan lagi.

Insight, Insight, Insight

  • Minat untuk berwisata sudah terkumpul dari akhir 2021
  • Perjalanan domestik jadi wisata yang paling diinginkan
  • Transportasi darat menjadi hal yang paling banyak dicari
  • Staycations jadi jenis wisata yang juga banyak diminati

Rekomendasi untuk Brand dan Pelaku di Industri Pariwisata

Berbagai insight yang sudah dijelaskan di atas bisa membantu brand dan semua para pelaku di industri pariwisata Indonesia dalam membuat keputusan atau strategi komunikasi yang dibutuhkan.

Ketika masyarakat sudah menentukan rencana mereka untuk pergi liburan, staycations, ataupun melakukan perjalanan domestik ke berbagai destinasi lokal, brand dan para pelaku di industri pariwisata harus selalu memastikan bahwa produk atau jasa yang mereka tawarkan selalu jadi yang pertama untuk diingat.

Tidak hanya itu, kondisi Pandemi COVID-19 yang berangsur membaik ini menjadi kesempatan buat brand agar produk atau jasa yang dimiliki tetap menjadi solusi dari keresahan-keresahan mereka saat ingin melakukan perjalanan wisata.

Dengan memahami berbagai insight atau tren yang sudah dijelaskan di atas, brand dan para pelaku di industri pariwisata bisa mempunyai keputusan yang tepat untuk mendukung kegiatan operasional mereka, seperti beriklan. Namun, agar iklan atau strategi komunikasi lainnya bisa tepat sasaran, brand dan pihak lainnya bisa melakukan riset atau survey terlebih dahulu untuk mendapatkan insight yang lebih mendalam.

StratX sebagai bagian dari KG Media bisa membantu brand dan para pelaku industri pariwisata untuk melakukan riset atau survey sebelum beriklan atau kegiatan operasional lainnya. Langkah ini perlu dilakukan agar strategi yang ingin diterapkan bisa tepat sasaran. Tentu, brand dan pihak lainnya tidak ingin menjaring ikan di kolam yang kosong pada tren pariwisata Indonesia yang tengah meningkat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun