Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Fenomena Lupa Nama, Ingat Wajah!

7 September 2024   08:41 Diperbarui: 12 September 2024   20:37 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pertemuan. (Sumber: Pixabay/tiffoto)

Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Acara ini berlangsung dari tanggal 3 hingga 6 September, dengan dihadiri oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari berbagai Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Pada Saat melaksanakan registrasi, seorang pria menghampiri saya "izin kaka" sebuah kalimat yang begitu familiar ditelinga.

Saat melakukan registrasi di awal acara, seorang pria mendekati saya. Dengan nada yang familiar, dia menyapa, "Izin, kaka." Kami berjabat tangan, "Ade Ben dari Bengkulu".

Dan saat itulah saya menyadari bahwa saya mengenali wajahnya---dia adik tingkat saya saat kuliah sekitar sembilan tahun yang lalu. Meski nama tak teringat dengan jelas, namun wajahnya ada masih dimemori.

Keesokan harinya, saat acara pembukaan yang dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, pundak saya ditepuk dari belakang. "Sokab, saya Iman 23 Sulbar," katanya. Ternyata, dia adalah teman seangkatan saya saat kuliah. Lagi-lagi, wajahnya saya ingat, tetapi namanya sempat terlupa.

Mungkin pembaca yang budiman pernah  mengalami fenomena serupa - mengapa kita begitu mudah mengingat wajah, tetapi sering kali lupa nama?

Memahami Fenomena: Mengapa Kita Mudah Mengingat Wajah, Tapi Lupa Nama?

Salah satu alasan mengapa orang sering lupa nama tetapi lebih mudah mengingat wajah adalah karena otak manusia memproses informasi visual dengan cara yang berbeda dari informasi verbal.

Wajah biasanya melibatkan pengenalan pola yang lebih kompleks, sementara nama adalah informasi abstrak yang tidak memiliki kaitan visual langsung.

fenomena lupa nama tetapi ingat wajah dengan fungsi otak kanan dan kiri. Otak manusia terbagi menjadi dua belahan, yaitu otak kanan dan otak kiri, yang masing-masing berperan dalam memproses jenis informasi yang berbeda.

Otak Kanan: Belahan otak ini lebih dominan dalam hal visual dan spasial. Ia berperan dalam pengenalan pola, bentuk, dan wajah. 

Karena wajah melibatkan informasi visual yang kompleks, otak kanan lebih aktif dalam mengenali dan mengingatnya. Hal ini menjelaskan mengapa kita lebih mudah mengingat wajah seseorang.

Otak Kiri: Sebaliknya, otak kiri lebih fokus pada aspek logis, analitis, dan verbal, termasuk memproses kata-kata seperti nama. 

Namun, karena nama adalah informasi yang lebih abstrak dan tidak memiliki kaitan visual yang kuat, otak kiri kadang kesulitan untuk mengingatnya, terutama jika tidak ada konteks yang jelas untuk membantu pengingatannya.

Kedua belahan otak ini bekerja sama untuk memproses ingatan secara keseluruhan. Namun, ada kecenderungan yang membuat ingatan visual lebih kuat dipertahankan oleh otak kanan.

Sementara ingatan verbal (seperti nama) lebih rentan terlupakan karena tergantung pada kemampuan otak kiri. seperti mengingat kata-kata yang baru saja didengar atau membaca, lebih dikelola oleh otak kiri. Namun, tanpa asosiasi kuat atau pengulangan, ingatan ini lebih mudah dilupakan.

Aktivitas untuk Menyeimbangkan Otak Kanan dan Kiri

Bermain Game Strategi: Game yang membutuhkan perencanaan dan pengambilan keputusan berdasarkan strategi (seperti catur atau permainan strategi waktu nyata) membantu otak kanan dan kiri bekerja bersama. 

Otak kiri menganalisis aturan dan strategi, sementara otak kanan mengidentifikasi pola visual dan rencana keseluruhan.

Olahraga: Aktivitas fisik yang melibatkan koordinasi tubuh, seperti yoga, menari, atau seni bela diri, membantu meningkatkan kerja sama antara kedua belahan otak, karena aktivitas ini membutuhkan kesadaran fisik (otak kanan) dan perhitungan langkah yang tepat (otak kiri).

Latihan Mindfulness: Mindfulness membantu mengintegrasikan kedua belahan otak dengan cara fokus pada saat ini (otak kanan) sekaligus memperhatikan proses logis dan verbal (otak kiri).

Mengikuti Hobi Baru: Aktivitas yang baru dan berbeda dapat melibatkan kedua belahan otak secara bersamaan. 

Misalnya, memasak melibatkan pemikiran logis (mengikuti resep) dan kreativitas (menciptakan kreasi baru), sementara bermain alat musik memadukan koordinasi fisik dan analisis nada serta ritme.

Dengan melatih kedua belahan otak secara seimbang, kita dapat meningkatkan kapasitas kognitif, kreativitas, kemampuan analitis, serta keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun