Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Acara ini berlangsung dari tanggal 3 hingga 6 September, dengan dihadiri oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dari berbagai Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Pada Saat melaksanakan registrasi, seorang pria menghampiri saya "izin kaka" sebuah kalimat yang begitu familiar ditelinga.
Saat melakukan registrasi di awal acara, seorang pria mendekati saya. Dengan nada yang familiar, dia menyapa, "Izin, kaka." Kami berjabat tangan, "Ade Ben dari Bengkulu".
Dan saat itulah saya menyadari bahwa saya mengenali wajahnya---dia adik tingkat saya saat kuliah sekitar sembilan tahun yang lalu. Meski nama tak teringat dengan jelas, namun wajahnya ada masih dimemori.
Keesokan harinya, saat acara pembukaan yang dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, pundak saya ditepuk dari belakang. "Sokab, saya Iman 23 Sulbar," katanya. Ternyata, dia adalah teman seangkatan saya saat kuliah. Lagi-lagi, wajahnya saya ingat, tetapi namanya sempat terlupa.
Mungkin pembaca yang budiman pernah  mengalami fenomena serupa - mengapa kita begitu mudah mengingat wajah, tetapi sering kali lupa nama?
Memahami Fenomena: Mengapa Kita Mudah Mengingat Wajah, Tapi Lupa Nama?
Salah satu alasan mengapa orang sering lupa nama tetapi lebih mudah mengingat wajah adalah karena otak manusia memproses informasi visual dengan cara yang berbeda dari informasi verbal.
Wajah biasanya melibatkan pengenalan pola yang lebih kompleks, sementara nama adalah informasi abstrak yang tidak memiliki kaitan visual langsung.