Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sudah Siapkah, Indonesia Jika Terjadi Perang Dunia Ketiga?

22 Juni 2024   05:10 Diperbarui: 22 Juni 2024   05:13 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tensi geopolitik dunia sedang tinggi, bayang-bayang perang dunia ketiga sudah di depan mata.

Amerika Serikat dan beberapa negara anggota NATO, seperti Jerman, telah mengizinkan Ukraina menggunakan Bantuan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang mereka kirimkan untuk menyerang wilayah Rusia.

Melihat temanya dikeroyok, memicu Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Pertemuan ini mungkin dilatarbelakangi oleh perasaan senasib karena keduanya diembargo oleh Amerika dan sekutunya, serta memiliki visi dan misi yang sama untuk menjaga agar tatanan dunia tidak diatur oleh sekelompok negara adidaya.

Dalam pertemuan tersebut, Kim Jong Un menyatakan dukungan penuh dan tanpa syarat terhadap semua tindakan yang diambil oleh pemerintah Rusia, dan berkomitmen untuk selalu bersama Rusia dalam menghadapi tekanan dari Amerika dan NATO.

Ini menandai babak baru dalam aliansi strategis antara Korea Utara dan Rusia, yang mungkin akan berdampak signifikan terhadap dinamika geopolitik global ke depannya.

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada hari Sabtu 13 April 2024, dunia digemparkan dengan serangan 300 proyektil Iran ke Wilaya Israel. Ketika terjadi seranga itu, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, hingga Yordania ikut membantu Israel menggagalkan drone dan misil mencapai kawasan Zionis.

Keadaan ini menunjukkan bahwa Perang Dunia Ketiga bisa pecah kapan saja. Negara-negara super power sudah mulai mencari sekutu untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.

Saya membayangkan, apa yang terjadi jika rudal-rudal itu dikirim ke wilayah Indonesia.  Apakah sistem pertahanan kita sudah siap menghalau serangan tersebut? Negara mana yang akan membantu kita dalam situasi genting seperti itu?

Sependek pengetahuan saya, Indonesia tidak memiliki sekutu yang siap membantu dalam kondisi perang. Bahkan di dalam ASEAN, tidak ada perjanjian yang mengharuskan anggotanya saling membantu jika terjadi serangan.

Masyarakat Indonesia harus berlindung dimana? kita tidak diajarkan atau dilatih untuk menghadapi sutuasi ini. Jangankan dilatih untuk berlindung saat perang, wilayah kita yang rawan bencana alam seperti gempa atau tsunami pun jarang mendapatkan sosialisasi yang memadai dari pihak terkait.

Oke lah, kita boleh berpandangan bahwa hal itu tidak akan terjadi pada Indonesia karena politik luar negeri kita yang bebas aktif, tidak ikut dalam blok atau sekutu mana pun di dunia.

Akan tetapi, krisis global tetap menuntut kita untuk mempersiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap setiap dampak yang mungkin terjadi terkait keamanan dan stabilitas dalam negeri. Mengandalkan netralitas saja tidak cukup; kita perlu strategi konkret dan kesiapan yang matang untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa mengguncang kedaulatan dan ketahanan negara kita.

Namun isu terkait tensi geopolitik dunia yang kian panas, bagi para politisi kita belum menjadi isu strategis yang harus dibahas. Isu Selatan-selatan yang pernah muncul saat debat Pilpres 2024 lalu, hilang dan beralu begitu saja bagaikan pohong pisang, hanya berbuah sekali selanjutnya vakum.

Kesiapan Indonesia jika terjadi perang dunia ketiga, saat ini?

1. Kekuatan Militer

Kekuatan militer Indonesia, berdasarkan data dari Global FirePower tahun 2024, kini menempati peringkat ke-13 di dunia, mengungguli negara-negara seperti Israel dan Jerman yang berada di peringkat 17 dan 19. Prestasi ini menjadi sumber kebanggaan bagi bangsa Indonesia, meskipun penting untuk mengkaji ulang keakuratan data tersebut.

Mengingat pada 17 November 2023, terjadi kecelakaan fatal dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano TNI Angkatan Udara jatuh di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menewaskan empat prajurit.

Disamping itu, Perlengkapan militer Indonesia masih belum mencukupi dibandingkan dengan Israel dan Jerman, dan sebagian besar peralatan sistem senjata yang dimiliki sudah berumur tua. Hal ini, diakui oleh Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Muhammad Herindra "karena beberapa alat perang berusia cukup tua, berasal dari pengadaan era 60-an" dikutip dari www.rri.co.id.

2. Kekuatan Pangan

Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah logistik, terutama dalam konteks pangan, yang mencakup produksi, distribusi, dan konsumsi.

Karena Saat perang meletus, dampaknya tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik tetapi juga merambat ke seluruh rantai perekonomian global. Negara-negara cenderung menahan ekspor sumber daya penting seperti bahan pangan dan mineral, menyebabkan ketidakstabilan dan kelangkaan yang mempengaruhi pasar internasional secara luas. Contoh nyata terjadi pada 20 Juni 2024, ketika kapal Tutor dari Yunani diserang dan tenggelam oleh rudal yang ditembakkan oleh kelompok Houthi. Insiden tersebut tentunya mengganggu jalur perdagangan.

Situasi terjadinya kelangkaan pangan, pernah disampaikan oleh Presisen Indonesia Joko Widodo dalam dalam sambutannya di Rapim TNI Polri, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).

"Kalau dulu negara negara itu keterbukaan, keterbukaan, keterbukaan. Sekarang semua negara melakukan proteksionis, menjadi negara proteksionis. Saat ini ada 1.348 kebijakan proteksionis yang dilakukan negara negara utamanya memang urusan pangan," ucap Jokowi

Jika terjadi perang Indonesia bisa terjadi kelangkaan pangan meningat saat ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita masih megimpor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan impor beras ke Indonesia masih tinggi hingga Mei 2024. Menurut data BPS, pada periode Januari-Mei 2024 impor beras ke Indonesia meningkat 165,27% dari posisi data pada Januari-Mei 2023 sebanyak 854 ribu ton, menjadi 2,2 juta ton pada periode Januari-Mei 2024.

Sedih,,Indonesia yang dikenal dengan Negara Agaris masih impor beras. Sudah 78 tahun kita merdeka tetapi kita masih belum swasembada beras.

Apa Yang Harus Dilakukan?

Perang selalu merupakan potensi yang nyata dalam dinamika global. Membangun kekuatan dan kemampuan pertahanan negara adalah salah satu cara untuk memperkecil bahaya dan ancaman perang.

Oleh karena itu menurutku, sudah saatnya para elit politik kita baik di eksekutif maupun legislatif memikirkan aspek-aspek yang harus disiapkan, untuk menghadirkan kemampuan menangkal dan menanggulangi setiap ancaman jika terjadi perang dunia ketiga.

Para pemangku kepentingan perlu mengambil pelajaran berharga dari berbagai konflik global yang sedang terjadi saat ini. Mereka harus berupaya memperkuat Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Caranya denga mengalokasin anggaran yang memadai guna membeli Alutsista yang lebih mutakhir dan modern.Sehingga TNI kita mampu menjaga serta melindungi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  

Selain itu, Pemerintah dan Legislatif dari Pusat hingga Daerah perlu menyusun kebijakan mengelola sumber daya alam yang kita miliki. Indonesia memiliki tanah yang kaya akan mineral dan subur, bangun sentra-sentra pertanian, perkebunan dan peternakan. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan gali potensi perikanannya. Sehingga Negara kita dapat swasembada pangan.

Langkah ini tidak hanya penting untuk keamanan nasional, tetapi juga untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun