Oke lah, kita boleh berpandangan bahwa hal itu tidak akan terjadi pada Indonesia karena politik luar negeri kita yang bebas aktif, tidak ikut dalam blok atau sekutu mana pun di dunia.
Akan tetapi, krisis global tetap menuntut kita untuk mempersiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap setiap dampak yang mungkin terjadi terkait keamanan dan stabilitas dalam negeri. Mengandalkan netralitas saja tidak cukup; kita perlu strategi konkret dan kesiapan yang matang untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa mengguncang kedaulatan dan ketahanan negara kita.
Namun isu terkait tensi geopolitik dunia yang kian panas, bagi para politisi kita belum menjadi isu strategis yang harus dibahas. Isu Selatan-selatan yang pernah muncul saat debat Pilpres 2024 lalu, hilang dan beralu begitu saja bagaikan pohong pisang, hanya berbuah sekali selanjutnya vakum.
Kesiapan Indonesia jika terjadi perang dunia ketiga, saat ini?
1. Kekuatan Militer
Kekuatan militer Indonesia, berdasarkan data dari Global FirePower tahun 2024, kini menempati peringkat ke-13 di dunia, mengungguli negara-negara seperti Israel dan Jerman yang berada di peringkat 17 dan 19. Prestasi ini menjadi sumber kebanggaan bagi bangsa Indonesia, meskipun penting untuk mengkaji ulang keakuratan data tersebut.
Mengingat pada 17 November 2023, terjadi kecelakaan fatal dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano TNI Angkatan Udara jatuh di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menewaskan empat prajurit.
Disamping itu, Perlengkapan militer Indonesia masih belum mencukupi dibandingkan dengan Israel dan Jerman, dan sebagian besar peralatan sistem senjata yang dimiliki sudah berumur tua. Hal ini, diakui oleh Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Muhammad Herindra "karena beberapa alat perang berusia cukup tua, berasal dari pengadaan era 60-an" dikutip dari www.rri.co.id.
2. Kekuatan Pangan
Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah logistik, terutama dalam konteks pangan, yang mencakup produksi, distribusi, dan konsumsi.
Karena Saat perang meletus, dampaknya tidak hanya terbatas pada pertempuran fisik tetapi juga merambat ke seluruh rantai perekonomian global. Negara-negara cenderung menahan ekspor sumber daya penting seperti bahan pangan dan mineral, menyebabkan ketidakstabilan dan kelangkaan yang mempengaruhi pasar internasional secara luas. Contoh nyata terjadi pada 20 Juni 2024, ketika kapal Tutor dari Yunani diserang dan tenggelam oleh rudal yang ditembakkan oleh kelompok Houthi. Insiden tersebut tentunya mengganggu jalur perdagangan.