Mohon tunggu...
STKIP ParacendekiaNW
STKIP ParacendekiaNW Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Paracendekia NW Sumbawa adalah perguruan tinggi keguruan yang mengelola dua program studi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika (jenjang Sarjana)

BLOG STKIP PARACENDEKIA NW SUMBAWA Wadah publikasi tulisan ilmiah populer dan karya sastra mahasiswa dan dosen STKIP Paracendekia NW Sumbawa Penyunting: Prof. Iwan Jazadi, Ph.D., Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris dan Ketua STKIP Paracendekia NW Sumbawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lautan Kesedihan

4 Februari 2019   10:21 Diperbarui: 4 Februari 2019   10:55 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putih setiap helai buru yang mereka miliki seakan memberi arti jika mereka tidak pernah menghianati dan mengingkari, walau harus terbang kesana kemari tapi mereka bebas menjalani hidup ini. 

Aisyah berkata "Andai aku dapat terbang layaknya mereka, bebas tanpa harus pusing dengan derita rindu dan tak harus merasakan luka , mungkin aku akan berteriak kalau aku bahagia, andai saja aku adalah camar."

Rindu selau mengejek dan seolah menjadi musuh setiap insan yang kehilangan, bagaikan akar pohon yang kuat menancap di tanah, rasanya ingin sekali berdamai dengan rindu yang mencabik setiap rasa. 

Si gadis kecil melihat ke kejauhan, menunduk dan melanjutkan langkah menuju peristirahatan, tidak, tiba-tiba ia berbalik ke arah lautan mengambil ancang-ancang untuk melompat dan merelakan diri di telan birunya lautan, setan-setan kecil seketika menguasai pikirannya, terus merayu untuk terjun ke dalam dosa, ia berlari sekuat tenaga dan mencoba melompat dari atas dermaga. 

Tiba-tiba ia tersentak karena merasa ada hambatan di bagian bawah roknya yang terurai lembut berbahan kain rajut yang tergerai di atas papan dermaga kayu, dilihatnya paku yang tidak tertancap sempurna terkait pada roknya yang tergerai.

Namun pada saat itu ia mendengar bisikan dari lautan yang mengatakan "Aku siap menanggung duka rindumu, peluk aku, datang padaku, untuk apa kau hidup dalam kesendiriran. Tidakkah kau merindukan keluarga kecilmu?, yang telah lebih dulu percaya padaku?. 

Mereka telah lama menunggumu, mereka rindu cerita manja darimu, loncatlah Aisyah, loncatlah !!". Namun, paku dermaga seakan adalah teman yang mencoba menggenggam tangannya dengan kuat, tidak membiarkan dosa meretakkan imannya, namun pada kenyataanya Aisyah bertarung dengan dirinya sendiri.

Air mata kembali jatuh dari matanya yang mulai sembab, tangan kirinya meraih paku dermaga dan menyigkapkan renda rok yang berpagutan, mencoba berdiri dan membelakangi lautan, rupanya Aisyah telah menentukan piihan antara mati atau membiarkan rindu tetap hidup dalam jiwanya. 

Ia berjalan pasti meninggalkan lautan, memfokuskan mata pada jalan setapak yang akan dilalui, meningat gelap yang pekat akan menghampiri, Aisyah mempercepat langkahnya menuju gubuk di sebuah desa yang tidak jauh dari bibir pantai.

Dari kejauhan seorang wanita tua dengan raut muka yang cemas dan nampak khawatir menerawang memastikan apakah cucunya telah kembali, Aisyah merasa bersalah ketika melihat sosok wanita rapuh dengan rambut yang telah memutih menuggu kepulangannya. 

Aisyah tepat berdiri di hadapan neneknya, ia hanya terdiam, senyum dari bibir sang nenek menandakan kerisauan yang telah memudar, tangan keriput merengkuh bahu cucunya dan mengajaknya masuk ke dalam gubuk sederhana yang hangat dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun