Aisyah tak pernah menduga mereka tega meninggalkan tanpa menyisakan seberkas kasih dan mengapa mereka tidak mengajak serta Aisyah untuk menikmati kebahagiaan yang dipenuhi aroma cinta di dunia yang baru.
Aisyah termenung dan berkata "Dulu dewi malam pernah tertunduk malu menatap sinar wajahku, matahari pernah takluk di kakiku menatap pesona jiwaku, burung-burung membisu menyaksikan keceriaanku mengalahkan ribuan syair cinta yang dialunkan seorang bidadari, tapi itu hilang dalam semalam ketika kurasakan mereka meninggalkanku tanpa kata-kata.Â
Mereka benar-benar meninggalkanku, mereka enggan membawaku, mereka campakkan aku kembali ke dunia nyata yang dipenuhi duka, derita dan air mata.Â
Kebahagiaan kurasa bagai sembilu, keceriaanku bagaikan gerhana, tak ada yang dapat kunikmati tanpa mereka, aku adalah orang pertama yang berenang dalam genangan air mataku, dan aku tahu ini tak ada akhir. Bahkan aku ragu apakah tuhanku mampu mengakhiri lukaku, deritaku, tanpa kematian jiwaku".
Dermaga biru menjadi saksi bahwa harapan gadis kecil itu, dititipkan pada lautan yang tidak bertanggung jawab, seolah dermaga biru adalah seorang teman yang setia, yang tidak bisa memalsukan cinta.Â
Di dermaga biru gadis kecil menunggu, tempat ia memapah rindu memetakan rasa pada basah pasir putih dan berharap Tuhan menerima botol-botol doa dan harapan yang ia kirim, di dermaga biru ia termangu memerah debur suci dari ombak, menyaring angin yang mendesah, mencoba menemukan syair-syair penguat di setiap sore datang . Bersandar diantara tepian rindu gemulai kerudung membalut sepi yang enggan beranjak pergi.
Ketika air mata kian berderai setiap waktu, bahkan sampai di penghujung hidupnya, rasa pilu hidup seakan mati tapi mati tak mau cepat menghinggapi, kenangan itu biarlah menjadi lembaran biru, menyaksi hidup yang tak pernah meragu.Â
Kenangan itu pasti karena ia hadir setelah terlewati , jangan resah tentang bagaimana kau hidup saat ini atau bahkan kau berpikir berapa lama hingga rasa sakit itu hilang dari hatimu.Â
Bebaskan !!! hiduplah di masa kini bahkan jika bisa, melupakan, lupakanlah. Namun bila tak bisa, belajarlah!, semua kejadian pasti ada hikmahnya, setiap hari berganti jangan sampai terpuruk pada kisah lalu yang tidak mensejahterai.
Aisyah selamkan beribu rindu pada sampan yang berlabuh, ia tuangkan beribu peluh seumpama senja jingga yang indah, yang sejenak hadir menghantar kepulangan mentari, begitu pula rindu yang hadir di dada sebelah kiri.Â
Gadis kecil berkerudung merah beranjak dari duduknya sembari menghadiahkan seikat bunga yang ia bawa kepada lautan, ia mendongak ke langit melihat burung camar yang lepas, bebas terbang di atas laut luas bersatu dengan senja menjadi penghias mengintai setiap ikan yang membias.