Mohon tunggu...
Ste Vocal
Ste Vocal Mohon Tunggu... Penulis - Vocalkan suaramu

Cara mudah menjadi kritis adalah mau berpikir, selanjutnya berani bersuara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku, Corona, dan Rindu

10 April 2020   00:08 Diperbarui: 10 April 2020   00:11 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu tiba-tiba, galauku pun teralihkan dengan dering notif chat.

Chat customer.

"Kak, ready 100 pcs ya, Kak?"

Ah, lagi-lagi customer pemborong masker kain yang chat tanpa membaca deskripsi produk.

"Maaf, Kak, untuk pemerataan masker ke masyarakat, pembelian dibatasi maksimal 10 pcs. Terimakasih, Kak", balasku cepat.

 Ternyata Neng Customer chat lagi.

"Aduh, Kak. Saya mau borong ini. Buat dijual lagi. Kenapa harus dibatasi? Nantinya saat saya jual lagi kan saya bantu juga ke masyarakat lainnya", ternyata Neng Customer ulet negosiasi.

Aku membacanya gemas sekaligus geli, juga ngeri.

Melihat sisi manusia yang oportunis, egois dan kapitalis. Seram sekali. Lebih seram dari pandemi saat ini.

Tiba-tiba perutku mendadak lapar menghadapi chat Neng Customer ini.

Kuambil sebungkus mie instan dari lemari. Dan segelas beras dari toples bekas kue kacang.

Ah, rasanya aku benar-benar butuh asupan energi untuk melayani Neng Customer ini.

Laparr..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun