Lalu tiba-tiba, galauku pun teralihkan dengan dering notif chat.
Chat customer.
"Kak, ready 100 pcs ya, Kak?"
Ah, lagi-lagi customer pemborong masker kain yang chat tanpa membaca deskripsi produk.
"Maaf, Kak, untuk pemerataan masker ke masyarakat, pembelian dibatasi maksimal 10 pcs. Terimakasih, Kak", balasku cepat.
 Ternyata Neng Customer chat lagi.
"Aduh, Kak. Saya mau borong ini. Buat dijual lagi. Kenapa harus dibatasi? Nantinya saat saya jual lagi kan saya bantu juga ke masyarakat lainnya", ternyata Neng Customer ulet negosiasi.
Aku membacanya gemas sekaligus geli, juga ngeri.
Melihat sisi manusia yang oportunis, egois dan kapitalis. Seram sekali. Lebih seram dari pandemi saat ini.
Tiba-tiba perutku mendadak lapar menghadapi chat Neng Customer ini.
Kuambil sebungkus mie instan dari lemari. Dan segelas beras dari toples bekas kue kacang.