Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Rencana Tuhan Lebih Indah

21 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 21 Maret 2024   20:21 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hikam kali ini kita akan dibawa kepada sebuah pernyataan untuk menyikapi lebih mendalam atas rencana terbaik Tuhan. Sebuah tujuan terbaik dari keinginan masing-masing diri kita.

Kita sudah sedikit memahami mengenai hasrat yang berkembang menjadi keinginan dan keinginan yang berkembang menjadi tujuan. Maka selanjutnya kita akan meneruskan fase perkembangan tujuan yang mana tujuan tersebut akan berubah menjadi sebuah ambisi.

Ambisi adalah bentuk dari sebuah tekad yang kuat agar dapat tercapainya suatu tujuan. Sampai disini semua masih terjadi dengan sangat natural karena terbentuk berdasarkan sifat alami manusia. Tetapi berbeda jika keadaan tersebut kemudian berubah menjadi sebuah ambisi yang berlebih. Lantas, bagaimana agar ambisi kita tidak mencapai kondisi ambisi yang berlebihan?

Ketika kita berambisi atas sesuatu pastilah dengan segala kesungguhan yang kita miliki akan berjuang untuk dapat bisa mencapainya. Perjuangan ini akan erat sekali berkaitan dengan hal-hal yang berada di sekeliling kita seperti keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitar lainnya. Fragmen-fragmen yang mengitari kita tersebut menjadi support system yang hadir sebagai pertimbangan kita dalam menentukan atau mengambil sebuah langkah.

Kondisi ambisi yang berlebihan banyak terjadi saat ambisi kita yang masih biasa sebelumnya ternyata tidak terwujud. Sikap tidak menerima akan ketidakterwujudan ini yang kemudian berakhir pada keputusasaan. Berawal dari keputusasaan inilah ambisi yang berlebih akan menjangkit kejiwaan manusia dan kemudian menyebabkan hilangnya rasa kepedulian kita terhadap lingkungan, hingga terhadap lingkungan yang membentuk support system kita sebelumnya.

Kejiawaan yang sudah terjangkit oleh ambisi berlebih akan cenderung selalu bersuudzan terhadap apapun rencana Tuhan. Sikap seperti itu kemudian melahirkan aura negatif yang darinya akan terus menerus menyebar pada lingkungan sekitar kita. Kemudian dari lingkungan sekitar yang sudah tercemar aura negatif tersebut akhirnya akan menjadi lingkurang tidak sehat dan membentuk sebuah polusi kejiwaan. Toxic!

Begitulah bagaimana sebuah lingkungan toxic bermula dan tercipta. Lingkungan toxic inilah yang sering menjadi permasalahan psikologis terbesar bagi para gen z, baik dalam ruang lingkup pekerjaan, pertemanan hingga dalam kekeluargaan. Efek domino yang sangat bertubu-tubi sekali.

Lantas, jika kemudian dipertanyakan mengenai sebuah solusi maka kita kembalikan kepada nasihat dari Imam Ibnu Athaillah bahwa janganlah kita sampai berputus asa, karena saat kita berputus asa atas semua doa dan usaha kita maka kita akan kehilangan arah dan akan dibutakan oleh ambisi berlebihan yang meyebabkan banyak kerugian di sekitarmu!

Doa atas hasratmu, keinginanmu, tujuanmu, dan ambisimu pasti akan terwujud! Dan akan Tuhan wujudkan sesuai dengan kehendak-Nya bukan kehendakmu! Dan sesuai dengan waktu yang terbaik menurut-Nya bukan menurutmu!

Kita sudah sepakati diawal bahwa keinginan dan usaha harus dibarengi dengan doa. Karena doa tidak akan dapat terucap jika tidak ada sebuah keinginan. Maka berdoalah atas hasratmu, keinginanmu, usahamu, tujuanmu, ambisimu dan kemudian tunggulah jawaban dari-Nya!

Jika gagal, boleh jadi itu adalah bentuk keberhasilanmu menurut Tuhan. Boleh jadi kamu membenci kegagalanmu tetapi justru Tuhan menyukai itu karena memang belum waktunya. Percayalah bahwa rencana Tuhan akan selalu indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun