"لاَ يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الإلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُ لَكَ لاَ فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ فِى الْوَقْتِ الَّذى يُرِيْدُ لاَ فِى الْوَقْتِ الَّذِى تُرِيْدُ"
"Jangan karena terlambatnya pemberian Tuhan dengan engkau yang sudah berdoa begitu lama, maka membuatmu menjadi putus asa. Sebab, Tuhan pasti mengabulkannya dengan yang Dia pilih bukan dengan cara yang engkau pilih. Dia akan mengabulkannya di waktu yang Dia inginkan bukan di waktu yang engkau inginkan."
Doa adalah bentuk penghambaan kita kepada Tuhan. Doa adalah sebuah kebutuhan agar sebagai seorang hamba kita tidak congkak dan sombong. Sesuatu yang mustahil terjadi dapat berubah menjadi sesuatu yang mungkin terjadi atas kekuatan doa. "Doa adalah senjata orang yang beriman" begitulah nasihat kanjeng Rasul.
Kita hidup di dunia yang tidak akan terlepas dari hukum kausalitas yaitu sebab akibat dimana sebuah realitas sosial yang meniscayakan manusia untuk berusaha jika ingin mewujudkan sesuatu, tetapi lagi-lagi usaha tersebut akan menjadi sebuah keangkuhan jika tanpa doa kepada Tuhan sang pencipta.
Doa tanpa usaha dan keinginan adalah kebohongan sedangkan usaha dan keinginan tanpa sebuah doa adalah kesombongan. Begitulah nasihat yang sering banyak diutarakan oleh orang tua kita dan guru kita.
Kita bisa simpulkan bahwa doa dan usaha adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Haruslah keduanya berjalan secara pararel. Doa timbul atas dasar keinginan sebagai bentuk kepasrahan seorang hamba, tapi apakah kita tidak pernah bertanya-tanya apa penyebabkan yang memunculkan sebuah keinginan yang darinya menghantarkan kita pada sebuah doa?
Penting untuk kita ketahui bahwa agar dari keinginan tersebut tidak menjadikan kita terjerumus pada sebuah hal yang merugikan yaitu ambisi berlebih. Mengapa bisa merugikan? Mari kita ulas bersama-sama!
Setiap manusia pasti mempunyai sebuah hasrat atau nafsu, yang mana hasrat atau nafsu ini akan berkembang menjadi sebuah keinginan, dan keinginan ini akan berkembang menjadi sebuah tujuan. Jika setiap fase perkembangannya dibimbing dengan baik maka akan melahirkan suatu perbuatan yang baik dan apabila tidak maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Keinginan adalah bentuk dari ekspresi setiap manusia dalam menunaikan tujuannya sebagai wakil Tuhan di dunia ini. Karena sebagai manusia kita diciptakan pasti atas suatu tujuan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur'an bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk menjadi khalifah atau wakil Tuhan.
Apalah arti sebuah eksistensi kehidupan tanpa sebuah tujuan. Dunia dan alam semesta ini Tuhan ciptakan karena memiliki tujuan. Begitupun tujuan-tujuan kita sebagai manusia untuk dapat memakmurkan dunia, sesama atau bahkan dirinya sendiri. Tujuan dapat berubah menjadi sebuah ambisi dan ambisi dapat berubah menjadi sebuah ambisi berlebihan yang pada puncaknya akan merugikan orang di sekitar kita.
Pada hikam kali ini kita akan dibawa kepada sebuah pernyataan untuk menyikapi lebih mendalam atas rencana terbaik Tuhan. Sebuah tujuan terbaik dari keinginan masing-masing diri kita.
Kita sudah sedikit memahami mengenai hasrat yang berkembang menjadi keinginan dan keinginan yang berkembang menjadi tujuan. Maka selanjutnya kita akan meneruskan fase perkembangan tujuan yang mana tujuan tersebut akan berubah menjadi sebuah ambisi.
Ambisi adalah bentuk dari sebuah tekad yang kuat agar dapat tercapainya suatu tujuan. Sampai disini semua masih terjadi dengan sangat natural karena terbentuk berdasarkan sifat alami manusia. Tetapi berbeda jika keadaan tersebut kemudian berubah menjadi sebuah ambisi yang berlebih. Lantas, bagaimana agar ambisi kita tidak mencapai kondisi ambisi yang berlebihan?
Ketika kita berambisi atas sesuatu pastilah dengan segala kesungguhan yang kita miliki akan berjuang untuk dapat bisa mencapainya. Perjuangan ini akan erat sekali berkaitan dengan hal-hal yang berada di sekeliling kita seperti keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitar lainnya. Fragmen-fragmen yang mengitari kita tersebut menjadi support system yang hadir sebagai pertimbangan kita dalam menentukan atau mengambil sebuah langkah.
Kondisi ambisi yang berlebihan banyak terjadi saat ambisi kita yang masih biasa sebelumnya ternyata tidak terwujud. Sikap tidak menerima akan ketidakterwujudan ini yang kemudian berakhir pada keputusasaan. Berawal dari keputusasaan inilah ambisi yang berlebih akan menjangkit kejiwaan manusia dan kemudian menyebabkan hilangnya rasa kepedulian kita terhadap lingkungan, hingga terhadap lingkungan yang membentuk support system kita sebelumnya.
Kejiawaan yang sudah terjangkit oleh ambisi berlebih akan cenderung selalu bersuudzan terhadap apapun rencana Tuhan. Sikap seperti itu kemudian melahirkan aura negatif yang darinya akan terus menerus menyebar pada lingkungan sekitar kita. Kemudian dari lingkungan sekitar yang sudah tercemar aura negatif tersebut akhirnya akan menjadi lingkurang tidak sehat dan membentuk sebuah polusi kejiwaan. Toxic!
Begitulah bagaimana sebuah lingkungan toxic bermula dan tercipta. Lingkungan toxic inilah yang sering menjadi permasalahan psikologis terbesar bagi para gen z, baik dalam ruang lingkup pekerjaan, pertemanan hingga dalam kekeluargaan. Efek domino yang sangat bertubu-tubi sekali.
Lantas, jika kemudian dipertanyakan mengenai sebuah solusi maka kita kembalikan kepada nasihat dari Imam Ibnu Athaillah bahwa janganlah kita sampai berputus asa, karena saat kita berputus asa atas semua doa dan usaha kita maka kita akan kehilangan arah dan akan dibutakan oleh ambisi berlebihan yang meyebabkan banyak kerugian di sekitarmu!
Doa atas hasratmu, keinginanmu, tujuanmu, dan ambisimu pasti akan terwujud! Dan akan Tuhan wujudkan sesuai dengan kehendak-Nya bukan kehendakmu! Dan sesuai dengan waktu yang terbaik menurut-Nya bukan menurutmu!
Kita sudah sepakati diawal bahwa keinginan dan usaha harus dibarengi dengan doa. Karena doa tidak akan dapat terucap jika tidak ada sebuah keinginan. Maka berdoalah atas hasratmu, keinginanmu, usahamu, tujuanmu, ambisimu dan kemudian tunggulah jawaban dari-Nya!
Jika gagal, boleh jadi itu adalah bentuk keberhasilanmu menurut Tuhan. Boleh jadi kamu membenci kegagalanmu tetapi justru Tuhan menyukai itu karena memang belum waktunya. Percayalah bahwa rencana Tuhan akan selalu indah.
Karena justru akan menjadi sebuah keburukan bagimu jika kamu memaksakan doa-doamu agar terjadi dan terwujud, dalam bahasa lain akan menjadi sebuah istidraj. Yaitu dimana terkabulnya keinginan atas paksaan dan desakanmu terhadap Tuhan. Hingga Tuhan berkata "wahai malaikat, kabulkanlah doa orang tersebut karena Aku tidak suka dengan cara dia memintanya!"
Mari kita akhiri dengan sebuah keyakinan bahwa setiap doa atas keinginmu pasti akan Tuhan wujudkan! Tetapi sesuai dengan kehendak-Nya dan sesuai dengan waktu terbaik bagi-Nya. Imam Ibnu ajibah menutup nasihatnya dengan sebuah hadits yang berbunyi :
"مَا مِن دَاعٍ إِلاَّ وَهُوَ بَينَ إحدَى ثَلاَثٍ : إِمّاَ أَن تُعَجَّلَ لَهُ طَلِبُتُهُ، وَإِمّاَ أن يُدَخَرَ لَهُ ثَوَابُهَا، وَإمَّا أَن يُصَرَفَ عَنهُ مِنَ السُّوءِ مِثلُهَا"
"Tidaklah seorang muslim berdoa kecuali doa tersebut akan terkabul diantara tiga hal : Tuhan akan mempercepat terkabulnya, atau Dia akan menyimpannya sebagai pahala baginya di akhirat, atau Dia akan menghindarkannya dari keburukan yang semisalnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H