MEMAKNAI PETRANSIIT BENEFACIENDO SEBAGAI BONUM COMMUNE
Oleh: Mario G. Afeanpah
(Mahasiswa Fakultas Filsafat UNIKA-Kupang)
Pendahuluan
Bertolak dari keberadaan Keuskupan Agung Kupang yang berada dalam suatu ruang lingkup yang relatif penuh dengan berbagai kemajuan dan perkembangan baik dalam aspek pengetahuan, teknologi, budaya, dan agama maka, perlulah suatu pencapaian yang utuh dan memadai terhadap ruang lingkup Keuskupan Agung Kupang sebagai bentuk kontribusi terhadap iman umat dan kesejateraan umat sekeuskupan dalam pergolakan hidup dengan sesama yang seiman maupun tidak seiman. Untuk itu hal yang utama adalah bagaimana warisan iman diungkapkan dalam konteks situasi masa kini, untuk sungguh-sungguh menyentuh hati manusia zaman sekarang dan mampu memecahkan masalah-masalah aktual yang merupakan basis pertikaian antara sesama manusia, alam dan Tuhan. Mengutip amanat Paus Yohanes Paulus XXIII, pada tanggal 11 Oktober 1962 dalam pembukaan Konsili Vatikan II yang berbunyi "konsili harus menempuh jalan pastoral menghadapi dunia yang membutuhkan uluran belaskasihan"[1]. Amanat bersejarah ini merupakan tonggak penting bagi Gereja dalam pengembaraannya baik secara internal maupun hubungannya dengan dunia dalam arti hubungan dengan manusia dan alam ciptaan.Â
Â
Dokumen Gaudium Et Spes, misalnya merupakan contoh konkrit. Secara khusus Gaudium Et Spes berbicara mengenai panggilan Gereja untuk meninggalkan "ketertutupan" dari dunia luar dan menuju "keterbukaan" dan cara hidup baru sebagai "sakramen keselamatan"[2]. Dengan ini Gereja menunjukkan suatu kesesuaian dengan tantangan zaman, sebagaimana Gereja membaharui diri dan cara pandangnya tentang dunia dan lebih peka menjalankan misi keberadaannya sebagai garam dan terang dunia sebagai bentuk realisasi diri Allah terhadap kegembiraan dan harapan baru sebagai semangat keutuhan ciptaan Allah. Untuk itu kehadiran Mgr Petrus Turang Pr, sebagai Uskup Keuskupan Agung Kupang dengan moto "PETRANSIIT BENEFACIENDO" merupakan wujudnyata dari bonum commune baik dalam tahap iman maupun diluar iman (sosial). Tentunya ada berbagai bentuk bonum commune yang dimainkan oleh Mgr Petrus Turang, misalnya, meningkatkan kerukunan umat beragama, pelatihan tenaga kerja hingga persediaan tempat pelatihan diberbagai paroki, pemberdayaan kehidupan tradiosonal (hasil kerajinan), dan sebagainya. Tentunya dari beberapa yang disebutkan mau menunjukkan sebuah spirit baru dalam Gereja Katolik di Keuskupan Agung Kupang yang berani menentang zaman dengan bertolak dari apa yang menjadi tujuan Konsili Vatikan II. Dibalik kesesuaian yang dilaksanakan, secara khusus terciptalah suatu tatanan hidup iman dan sosial yang memadai serta memungkinkan untuk terciptalah kesehjateraan bersama. Oleh karena itu, menggarami yang senantiasa mengalir dari Gereja tidak semata pada Gereja sendiri melainkan terus mengalir sampai kepada kehidupan sosial manusia secara umum.
Â
Menyimak Makna Petransiit Benefaciendo dan Bonum Commune.
Â
Pentransiit Benefaciendo
Â
Secara khusus dalam moto yang disandang oleh Mgr Petrus Turang Pr, disini penulis akan mengkajinya dengan perspektif biblis. Moto yang dipilih oleh Mgr Petrus Turang dalam Alkitab terdapat dalam Kitab Kisah para Rasul. Dalam bahasa Latin moto itu diungkapkan atau disebut dengan Pentransiit Benefaciendo yang berarti "Ia berkeliling sambil berbuat baik, Kis 10:38". Keistimewaan apa yang ada dibalik kalimat tersebut sehingga dijadikan moto oleh Mgr Petrus?
Â
Secara garis besar penulis akan menyajikan secara ringkas isi dari Kitab Para Rasul ini. Kitab ini berisi sejarah berdirinya Gereja Kristen, khotbah-khotbah para Rasul, penganiayaan terhadap umat Kristen, penginjilan kepada bangsa-bangsa lain, serta permulaan adanya sebutan Kristen. Kisah para Rasul juga merupakan lanjutan Injil Lukas. Namun demikian, pemisahan dengan Kitab Lukas sudah ada pada naskah tertua. Penegasan dalam Kitab ini ialah bahwa Injil yang semula diarahkan kepada orang Yahudi namun secepatnya harus diwartakan kepada bangsa-bangsa lain[3]. Adapun ajara-ajaran utama dalam Kisah para Rasul yaitu[4]:
Â
- Pengajaran tentang kelahiran Gereja Tuhan Yesus Pertama kali. (pasal 1-5)
- Bagian ini menceritakan tentang amanat Yesus yang diberikan kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Juga tentang Orang-orang percaya setelah mendengar khotbah Rasul Petrus yang dikuasai oleh Roh Kudus (bdk Kis 1:8; 2:1-3,36-41, 2:41-47; 4:32-37).
- Pengajaran tentang perkembangan Gereja yang berada dalam penganiayaan terhadap orang-orang percaya. (pasal 6-12)
- Bagian ini mempersoalkan tentang orang-orang percaya di kota Yerusalem mengalami penganiyaan dari orang-orang Yahudi, sehingga mereka melarikan diri ke berbagai penjuru dunia. Tetapi didalam segala penderitaan dan penganiyaan itu mereka tetap mewartakan Injil Yesus Kristus (bdk Kis 7:54-60; 8:1-4, 9:1-22).
- Pengajaran tentang jemaat "gereja" setempat yang menginjil. (pasal 13-15)
- Bagian ini menjelaskan tentang kehidupan orang-orang percaya di kota Antiokhia, dan sebutan Kristen pertama kali diberikan kepada murid-muid Tuhan Yesus (bdk Kis 11:23-26, 13:1-6).
- Pengajaran tentang nama Tuhan Yesus diberitahkan ke seluruh dunia. (pasal 16-28)
- Bagian ini dijelaskan bagaimana kasih karunia Allah yang ada dalam Tuhan Yesus, diberitakan kepada setiap suku bangsa, baik yang menjadi rakyat biasa, maupun yang menjadi tentara, dan orang-orang istana.
Â
Eksegese dalam konteks Kis 10:38[5]
Â
Secara khusus penulis mengunakan teori Inclusio Consentris atau dengan kata lain teori saling melengkapi antara jaminan dan syarat. Dalam Kisah para Rasul 10: 38 merupakan jaminan yang diperoleh oleh Petrus. Sebagaimana, secara keseluruhan ada tiga keutamaan yang ditampilkan ialah mengisahkan tentang kisah penglihatan Petrus, pesan Allah, serta keselamatan yang nanti dilakukan Petrus (ayat 11-17, 24, 34). Bertolak dari tiga keutamaan ini, mau menunjukkan akan suatu konsekuensi dari kepercayaan yang dibangun oleh Petrus kepada Yesus. Sehingga, dengan kepercayaan yang dimiliki Petrus, Yesus memapukan dia untuk menyelami karya penyelamatan yang akan diperankan oleh Petrus sendiri. Berani menyelami kehendak Allah demi keselamatan seluruh bangsa. Kongkritnya dalam moto Mgr Petrus Turang, ia berjalan sambil berbuat baik bukan sekedar konsekuensi belaka sebagai seorang gembala tertinggi dalam lingkup keuskupan melainkan suatu totalitas kehadiran[6]. Berani menghadirkan yang secara indra penglihatan tidak terlihat dan disitulah Mgr Petrus Turang berani merasakan realitas kehidupan umat secara iman dan sosial secara lebih dalam. Mulai dari pendakatan secara manusiawi hingga pada keselarasan dalam bentuk tindakan merupakan tanda keselamatan secara nyata, tidak ambigu dan pragmatis melainkan semua ditempatkan dalam porsi yang sama. Sebagaimana Petrus diurapi Roh Kudus sebagai jaminan keselamatan seluruh bangsa, Mgr Petrus Turang juga menyandang hal tersebut dalam tahbisan Episkopalnya sehingga, tidaklah mungkin jika kehadirannya dalam karya gereja di Keuskupan Agung Kupang ini tidak meberi "keselamatan". Untuk iu Petransiit Benefaciendo merupakan warisan iman yang luhur demi basis perjalanan pastoralnya di wilayah Keuskupan Agung Kupang.
Â
Bonum Commune
Â
Bertolak pada awal politik Yunani, politik yang berkaitan dengan polis (Negara/kota) dalam bentuk kehidupan bersama, pada tingkat normatif menyatu dengan segala perkara atau persoalan kesehjateraan umum menghadirkan suatu tekanan dalam tatanan kehidupan sosial sehingga, akan berujung pada tindakan anarki terhadap penguasa. Artinya, politik identik dengan konsep kebaikan bersama (bonum commune) yang merupakan cita-cita atau harapan rakyat yang secara terus-menerus harus senantiasa diupayakan sebab dalam pengupayaan itu terciptalah suatu "nilai luhur" sebagaimana segala bentuk kepemimpinan dengan berbagai macam sistem yang dirancang harus sampai atau menuju kepada inti kemanusiaan itu sendiri. Dan jika tidak sesuai maka, bukan kemanusiaan itu yang digunakan sebagai memanusiakan manusia melainkan akan menjadikan kemanusiaan itu sebagai basis penindasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan[7].Â
Â
Dalam konteks moto Uskup Keuskupan Agung Kupang, kebaikan bersama itu dilihat sebagai sesuatu yang membebaskan dan menyelamatkan umat sekeuskupan dalam rangka pemenuhan aspek-aspek kehidupan iman dan sosial. Membebaskan yang dimaksud ialah adanya suatu kesadaran dalam memilih dan memutuskan serta berani bertanggung jawab. Ini akan memungkinkan seluruh umat menggapai apa yang menjadi harapan bersama baik harapan Gereja maupun harapan sosial. Sebab, dengan adanya kesadaran secara khusus keterkungkungan yang dialami akibat penindasan dari dalam diri dan dari luar diri mencapai keterpurukannya ketika seseorang tidak secara sadar menyadari keterpurukannya. Untuk itu dengan kesadaran, berani memilih, memutuskan dan bertanggung jawab akan sangat memadai umat dan juga setiap kebijakan uskup dalam menjawab soal-soal kesenjangan yang dialami umat. Selain membebaskan yang dimaksud dengan menyelamatkan ialah, adanya jalan keluar dari keterpurukan yang dialami itu. Sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Uskup Agung Kupang dalam beberapa tindakan kemanusiaan baik dalam memberi pemahaman (sosialisai), membagikan sedekah (makanan, penyediaan sarana), hingga turut mengambil bagian secara langsung merupakan suatu tanda keselamatan. Membaca solusi dan mengeksekusinya. Hal ini, tidak lebih karena sekedar jabatan yang didapat melainkan karena atas suatu intensi murni tentang akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan di Keuskupan Agung Kupang ini. Untuk itu akan sangat bertambah kebaikan bersama jika para gembala umat lainnya juga meniru dan mengkreasikan gerakan tersebut dalam karya pastoralnya masing-masing. Sehingga, kebaikan itu juga terus mengalir dan membasahi setiap orang yang dalam dirinya Yesus bersemayam.
Â
Dari Petransiit Benefaciendo menuju Bonum Commune
Â
Maksud hati memeluk gunung apalah daya tangan tak sampai, sebuah pantun kuno yang jika disandingkan dengan keberadaan manusia saat ini sangatlah kecil nilainya bagi keberadaannya dalam kehidupan manusia yang serba modern ini. Entah apa gerangan memaknai nilai yang terkandung dalam pantun tersebut, yang pasti egoisme dan serakah harus lebih besar dari pada kebaikan terhadap sesama. Perjalanan Keuskupan Agung Kupang hingga saat ini sebenarnya mau menunjukka kepada seluruh umat Katolik sekeuskupan bahwa penyertaan Tuhan dalam karya penyelamatan di keuskupan ini tidaklah berhenti sampai kapan pun. Dan hal ini sangat nyata dalam diri Uskup Keuskupan Agung Kupang, Mgr Petrus Turang Pr. Totalitas pelayanan yang ditunjukkan olehnya merupakan tanda kasihnya bagi seluruh umat sekeuskupan. Tidak lain ialah Mgr Petrus Turang mampu menempatkan diri sebagai bagian yang utuh dan satu dengan realitas hidup Gereja ditengah tantangan zaman dalam keuskupan yang digembalakan ini. Petransit Benefaciendo adalah spiritnya dan Bonum Comune merupakan jaminannya. Tidak memandang bulu dan peka dengan realitas iman dan sosial umat adalah hakikat yang termuat dalam dirinya. Untuk itu sebagai umat gembalaanya, tidaklah tepat jika kebaikan yang sudah dimulai itu terus dipudarkan dengan semangat "sekular", sehingga berujung pemenuhan diri sendiri saja. Alangkah baiknya jika sifat sekular itu dihilangkan dan menempatkan diri sebagai sumber kebaikan bersama sejatinya berani melihat sesama sebagai "aku yang lain" yang saat lapar aku membutuhkan makan dan saat haus aku membutuhkan minum.
Â
Oleh karena kebaikan yang sudah dimulai oleh Mgr Petrus Turang Pr, yang terungkap dalam motonya itu dapat menjadi bagian utuh perjalanan hidup iman. Sebab, kehadirannya mendorong seluruh umat untuk senantiasa belajar berbuat baik, karena keselamatan pada Gereja akan terjad karena perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik menyatukan dan memperkuat kebersamaan hidup, karena itulah tanda kehadiran dari para murid Kristus yang senantiasa bersatu dalam cinta kasih-Nya. Dan ini merupakan wujudnyata dari ajaran iman tidaka lain ialah cinta kasih, yang nantinya persekutuan Gereja-Gereja di Keuskupan Agung Kupang ini mendapat rahmat hidup untuk berbagi kebaikan dalam setiap perbuatan baik.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
- Konsili Vatikan II: 1962-1965.
- Â
- Usboko, Korenelis, Pr, Isi Ringkas Alkitab Dari Kitab Kejadian Sampai Kitab Wahyu. Kupang: Lima Bintang, 2021
- Â
- Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2018
- Â
- Sastrapratedja, Lima Gagasan Yang Dapat Mengubah Indonesia, Jakarta: Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila, 2013
- Â
- https://www.sesawi.net/gaudium-et-spes-cara-gereja-merengkuh-dunia-modern/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H