Kante yang kembali bermain seusai pulih dari cedera, menampilkan top performance seperti yang selalu ia lakukan seperti biasa. Kesigapannya dalam memutus serangan City sangat jelas membuat para pemain The Citizens frustasi.
Selain itu, Kante juga tergolong cepat dalam membantu build-up serangan. Karena keberadaan Kante yang bisa meng-cover area yang sangat luas, banyak memes mengenai Kante bermunculan di sosial media, semisal ungkapan "70% of Earth is covered by water, the rest is covered by N'Golo Kante".
Tak hanya Havertz dan Kante, pemain The Blues lainnya pun menunjukkan determinasi yang tak kalah tinggi, seperti Reece James, Antonio Rudiger, dan Edouard Mendy yang bermain gemilang mengawal lini belakang Chelsea sehingga bisa menghasilkan clean sheet di akhir laga.
Kedua, kematangan formasi Thomas Tuchel akhirnya membuahkan hasil. Yup, mematenkan formasi 3-4-2-1 sejak menggantikan posisi Frank Lampard di Chelsea, akhirnya kematangan formasi Tuchel ini berhasil membawa trofi UCL ke Stamford Bridge.
Chelsea yang "dipaksa" bermain 4-3-3 dibawah asuhan Lampard, menyebabkan mereka dilanda kekalahan beruntun. Namun, semua berubah semenjak kedatangan Tuchel dan formasi 3-4-2-1 miliknya diimplementasikan di Chelsea.
Formasi 5 bek tersebut sukses mereformasi gaya permainan Chelsea, dan seketika membuat mereka menjadi tim yang ditakuti, sesuai harapan Tuchel di awal masa kepelatihannya di Chelsea. Meskipun harus mengorbankan salah satu dari Havertz atau Ziyech untuk duduk di bangku cadangan, tapi Tuchel terbukti paham betul apa yang ia lakukan.
Dan di laga final lusa kemarin, terlihat jelas bagaimana pertahanan berlapis yang solid dari Chelsea membuat City yang bahkan sudah bermain dengan 6 pemain menyerang sekalipun, tak mampu menciptakan 1 gol pun.
Hal itu tercermin dari bagaimana terkuncinya posisi Kevin De Bruyne di lini tengah Chelsea. Sementara di sisi sayap, Ben Chilwell selalu siaga menghadang pergerakan Riyad Mahrez dan Reece James membuat Raheem Sterling tak berkutik.
Kalaupun kedua sayap City tersebut lepas dari markingnya masing-masing, masih ada Antonio Rudiger atau Cesar Azpilicueta yang meng-cover posisi kedua bek sayap Chelsea tersebut.
Jadi mau tidak mau, Manchester City tidak bisa memainkan permainan umpan pendek yang biasa mereka mainkan untuk menembus pertahanan berlapis dari Chelsea, sehingga long-pass menjadi jawaban.
Masalahnya, Guardiola sedang memakai strategi false-nine, sehingga tidak memainkan Aguero ataupun Gabriel Jesus sebagai target-man. Situasi serba salah inilah yang penulis sinyalir menjadi sumber kebuntuan Manchester City, sampai akhirnya Aguero dan Jesus dimasukkan di babak kedua.