Mohon tunggu...
Kapten Jack Sparrow
Kapten Jack Sparrow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Instagram: stvnchaniago, Email: kecengsc@gmail.com, Youtube: FK Anime,

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Intip 3 Rahasia Chelsea Bungkam Manchester City di Final Liga Champions

1 Juni 2021   06:35 Diperbarui: 1 Juni 2021   06:55 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 30 Mei 2020 lusa kemarin, menjadi salah satu momen bersejarah bagi Chelsea sebab mereka berhasil mengalahkan Manchester City dengan skor 1-0, yang membuat tim asal London ini meraih gelar UCL keduanya sepanjang sejarah.

Capaian ini tentu menjadi angin segar bagi anak asuhan Thomas Tuchel, setelah mereka sebelumnya kalah di babak awal EFL Cup, kalah di final FA Cup, dan "hanya" mampu finish di urutan keempat ajang Premier League 2020/2021.

Namun, bila berbicara mengenai laga final melawan Manchester City lusa kemarin, justru penulis menilai kendali permainan lebih didominasi oleh Manchester City. Namun memang, mereka terlihat sangat kesulitan menerobos area pertahanan Chelsea.

Sebaliknya, Chelsea terlihat tak begitu banyak memegang kendali permainan, terbukti dari ball possession yang hanya mereka kuasai sebesar 39% saja, namun mereka sangat efektif dalam memanfaatkan peluang ketika menguasai bola.

Puncaknya adalah di menit ke-42 di babak pertama, dimana Mason Mount yang sangat jeli melihat ruang kosong di pertahanan City. Mount dengan sigap melepas throughball yang sukses disambar oleh Kai Havertz dan dikonversikan menjadi gol di gawang yang sudah kosong ditinggal oleh Ederson saat ingin merebut bola dari Havertz.

Namun, Chelsea dapat mengalahkan Manchester City di final UCL ini bukan semata-mata karena hanya mampu bermain lebih efektif saat memegang bola saja. Setidaknya ada 3 alasan pokok yang menurut penulis berandil besar dalam kemenangan Timo Werner dkk tersebut.

Pertama, hampir semua pemain Chelsea bermain dalam top performance, terutama Kai Havertz dan N'Golo Kante. Kedua nama ini sengaja secara spesial saya sebut, karena memang keduanya adalah 2 aktor utama kemenangan Chelsea selain pelatih mereka, Thomas Tuchel.

Kai Havertz sendiri kembali bermain sebagai starter, setelah di 3 laga sebelumnya posisi Havertz diisi Christian Pulisic atau Hakim Ziyech. Havertz pun membayar tuntas kepercayaan Tuchel dengan bermain fantastis dan mencetak satu-satunya gol kemenangan Chelsea.

Tak hanya soal gol, Kai Havertz juga menjadi salah satu sumber kreativitas Chelsea di laga final tersebut dengan menciptakan beberapa peluang penting, salah satunya adalah umpan kunci ke Timo Werner di babak pertama, lalu juga kepada Christian Pulisic di babak kedua. Sayang, keduanya gagal berbuah gol tambahan untuk Chelsea.

Catatan impresif Havertz ini sekaligus membungkam para media yang diawal musim kerap melabelinya dengan sebutan "Flop", ketika membandingkan prestasinya di Chelsea dengan harga fantastis yang dikeluarkan Roman Abramovich untuk dirinya.

Di lain sisi, N'Golo Kante pun tampil tak kalah apik dari Kai Havertz. Penghargaan "Man of the Match" yang diberikan kepadanya seusai laga menjadi saksi bisu penampilan gemilangnya pada malam itu. Itu pun menjadi penghargaan "Man of the Match" keempatnya secara beruntun di pertandingan UCL bersama Chelsea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun