"Sudahi sakitmu, sebab aku ada di dalam sakitmu itu. Biarkan sajak pertama adalah waktu dan sajak kedua adalah Amin, dari sederet puisi yang kuberi judul: KITA," lagi-lagi suaramu hadir.
Ah, sudahlah. Mataku telah sayup, dan kata-katamu seperti pembunuh berdarah dingin, yang senang sekali menorehkan luka.
"Sesederhana itukah rindu kau peluk dan menulisnya dalam sajak sederhana yang sulit mati?".
Penfui, 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI