Dewasa ini iman bagi orang Kristiani harus dipertanggungjawabkan. Sejak Gereja perdana, para rasul telah menghidupkan semangat Injil di kalangan orang-orang Yahudi. Kesakisan Petrus yang berkhotbah di depan orang-orang Yahudi dan mereka semua yang tinggal di Yerusalem telah menggerakan hati mereka untuk dibaptis.Â
Mereka yang telah dibaptis menerima cara hidup jemaat perdana. Hal ini dibuktikan dengan mereka yang selalu bersatu, dan segala kepunyaan  mereka adalah kepunyaan bersama, harta yang mereka punyai dikumpulkan lalu dibagikan sesuai kebutuhan masing-masing. Dan yang terpenting adalah "mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah", (bdk. Kis. 2:41-47). Pada intinya kehidupan para rasul dan jemaat perdana telah menampilkan contoh iman yang menyata dalam tindakan.
Iman adalah tanggap manusia terhadap revelasi. St. Agustinus menyebutkan bahwa ada 2 dimensi makna dari iman, yakni:
- Fides qua creditur: iman yang dipahami sebagai sikap personal manusia atas pewahyuan diri Allah. Dalam hal ini, manusia mempercayakan diri dan hidupnya secara utuh kepada Allah.
- Fides quae creditur: penerimaan atas ajaran atau doktrin atau dogma Gereja mengenai isi revelasi.
Kedua makna ini memperlihatkan bahwa iman bisa ditanggapai secara personal maupun telah melalui tahap revisi para magisterium Gereja. Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa iman yang baik adalah tanggapan yang diterima masing-masing orang. Jadi, iman tidak bisa dipaksakan. Iman dipertanggungjawabkan oleh masing-masing orang.
Katekese Umat: Keterlibatan Umat di dalam Gereja
Gereja adalah umat Allah yang percaya kepada Yesus Kristus. Gereja yang percaya kepada Yesus Kristus melanjutkan dan mewujudnyatakan keselamatan Allah di dunia ini. Maka, tidak heran jika Gereja umat Allah selalu terlibat aktif di dalam karya-karya pastoral, selain kaum klerus. Dengan demikian umat Kristiani mempunyai tugas dalam kehidupan menggereja.
Salah satu tugas penting Gereja bagi umatnya adalah melakukan pewartaan dan pendidikan iman umat. Tugas pewartaan atau kerygma merupakan salah satu dari lima bidang tugas Gereja lainnya, yakni: leiturgia (liturgi atau pelayanan iman), diakonia (pelayanan), koinonia (persekutuan) dan martyria (kesaksian iman).(Fransiska Widyawati and Afriana Jenita 2022).
Keempat bidang karya pastoral Gereja itu hadir untuk menghadirkan dan membangun persahabatan, mengembangkan pewartaan Kabar Gembira, menghidupkan peribadatan yang menguduskan dan memajukan karya cinta kasih atau pelayanan.
Koinonia
Gereja adalah  persekutuan dan  persaudaraan murid-murid  Kristus. Hidup persaudaraan  berarti  membina persekutuan  hidup yang  saling mengasihi,  sehati-sejiwa atas  dasar  relasi dengan  Yesus Kristus.  Persaudaraan  yang dicita-citakan adalah  persaudaraan  yang  tertuju  bagi  keselamatan  semua  orang [3]. Sebagai orang beriman,  kita dipanggil dalam persatuan erat denganAllah Bapa dan sesama  manusia melalui Yesus Kristus,  Putera-Nya, dalam kuasaRoh  Kudus.  Maka,  berkaitan  dengan  ini  katekese  umat  menjadi  sarana untuk membentuk paguyuban yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus.Â
Hal  ini  berelasi  dengan  'cura  anima' dan  menyatukan  umat  sebagai  Tubuh Mistik  Kristus. Oleh karena  itu, melalui  katekese diharapkan  umat dapat menciptakan  kesatuan antar umat,  umat dengan paroki  dan umat dengan  warga masyarakat. Dalam komunitas  Kristiani itu  katekese umat ikut  menciptakan dan  membangun kebersamaan  dan  kerjasama yang  baik  antarumat  untuk saling  melayani.