Mohon tunggu...
Ws Gulo
Ws Gulo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menyalurkan emosi dengan menulis diiringi alunan musik piano adalah salah satu kebahagiaan sederhana bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tikus Busuk

2 April 2014   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964222031344304320

Jadi jika sahabatku Ardian saja yang dulu begitu anti dengan yang namanya politik mau mendukungnya, apalagi aku yang justru sedikit tertarik dengan isu-isu politik. Sudah pasti mendukung penuh. Apalagi jika dilihat niat mulia Binsar ini.

Namun semua itu tersapu angin yang begitu kuat siang ini. Ardian dengan kemarahan yang begitu pekat, menyesali dengan keputusannya itu. Dan kini penyesalan yang tersisa. Sangking menyesalnya, Ardian bahkan ingin pindah ke kota lain dan tidak mau tinggal di kota ini lagi.

"Baiklah John, aku mau pulang dulu. Tinggal beberapa hari lagi aku disini. Semua sudah kuurus, tinggal pindah saja beberapa hari ke depan. Akan kukabari kau jika semua urusanku sudah beres di kota ini. Dan tentu saja kejadian ini membuatku semakin membenci politik. Itu hanya tong sampah tempat tiku-tikus busuk mencari mangsa!" kata Ardian padaku. Dia lalu berdiri dan pulang tanpa mempedulikan keterkejutanku.

Aku terpaku di teras rumah yang begitu panas siang ini. Sampai aku tidak menyadari bahwa dari tadi sudah turun hujan dan mungkin akan deras sekali.

Lalu aku masuk ke dalam rumah menghindari terpaan angin kencang dan hujan yang sudah mulai deras. Kenapa hujan begitu deras? Padahal tadi begitu panas luar biasa. Ahhh hampir mirip seperti politik di negeri ini. Pada awalnya sangat panas, namun tiba-tiba begitu dingin menusuk. Pada awalnya menajiskan politik kotor, namun baru di pertengahan saja sudah begitu kotornya politik itu. Pada awalnya menajiskan korupsi, namun menjelang halaman-halaman terakhir cerita bahkan korupsi berjamaah dan masif menodai semuanya. Sehingga bau busuknya lebih dari tikus busuk.

Aku mendesah memikirkannya. Aku tidak anti dengan poltik seperti yang dilakukan sahabatku. Toh pada akhirnya da juga berubah pikiran, walaupun kini dia menyesalinya. Semoga masih ada yang punya niat tulus untuk berjuang bagi rakyat, tidak semua jadi tikus busuk.

Hujan masih saja terus mengguyur dengan deras. Entah kapan berhenti.

Medan, April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun