Lalu ingatanku melayang kepada binsar. Dia cukup terkenal di kota kami ini. Sama seperti Ardian, Binsar juga adalah orang yang baik, dermawan dan memiliki beberapa yayasan di kota ini untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
Setahun belakangan ini, Binsar dan Ardian sudah berteman baik. Itu dikarenakan misi mereka yang sama dan punya yayasan masing-masing untuk membantu orang-orang yang kurang mampu. Hanya saja dalam tahun ini Binsar memutuskan untuk jadi calon anggota legislatif untuk mewakili daerah dan kota kami ke Senayan.
Dalam omongannya pada suatu hari kepada Ardian, Binsar berkata bahwa dia memutuskan untuk menjadi calon wakil rakyat ke Senayan setelah mempertimbangkan banyak hal. Dan lagi katanya, dengan adanya dirinya di Senayan sana, maka akan lebih mudah baginya untuk menolong orang-orang yang kurang mampu.
Namun semua omongan yang aku dengar dari Ardian itu dahulu, kini dipatahkan oleh Ardian sendiri siang ini. Hal ini benar-benar membuatku kaget bukan kepalang. Sebab aku sendiri juga mengetahui siapa Binsar itu secukupnya.
Sifat dermawan dan mau menolong orang-orang yang kurang mampu. Inilah yang membuat sahabatku dengan antusias mau mendukung Binsar dalam pencalonannya.
Padahal aku kenal betul sahabatku yang satu ini dari dulu. Dia begitu anti dengan yang namanya politik. Baginya politik itu hanyalah tempat untuk mengubah orang menjadi tikus busuk dan najis. Bahkan mengubah orang kehilangan akal sehat dan moral.
Namun entah mengapa Ardia berubah pikiran ketika Binsar memutuskan untuk maju dalam pemilihan anggota legislatif tahun ini. Mau mendukung, bahkan menjadi juru kampanye untuk Binsar karena memang orang di kota ini juga mengenal sudah mengenal cukup baik siapa itu Ardian. Sehingga Binsar memintanya untuk menjadi salah satu juru kampanyenya.
"Binsar itu berbeda orangnya. Dia baik dan tulus membantu orang-orang yang kurang mampu. Misi kami sama dan tidak ada salahnya aku mendukung dia sebagai calon legislatif," kata Ardian padaku suatu hari, sewaktu aku menanyakan tentang dukungannya itu.
"Tapi bukankah kau bilang tidak akan ingin ikut campur dengan urusan yang berbau dengan politik? Aku hanya kau tak menyesal di kemudian hari," kataku menimpali perkataannya waktu itu.
"Hehehe semoga saja Binsar tidak begitu. Misinya kan baik untuk menolong orang-orang yang kurang mampu jika sudah duduk di Senayan nantinya," kata Ardian mencoba membela.
Waktu itu aku berpikir, apa yang dikatakan oleh Ardian ada benarnya juga. Lagipula jika dilihat ke belakang, tidak ada rekam jejak yang buruk ditemukan pada diri Binsar.