Mohon tunggu...
Ws Gulo
Ws Gulo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menyalurkan emosi dengan menulis diiringi alunan musik piano adalah salah satu kebahagiaan sederhana bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tikus Busuk

2 April 2014   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964222031344304320

Ya, pria yang ada di depanku sunggu berbeda di siang ini. Pria yang kukenal sebagai sahabat yang tenang dan tidak banyak bicara. Sahabat lama dari bangku kuliah semester awal.

Dia pintar dan jenius. Oh dan satu lagi yang membuat Ardian istimewa adalah dia mudah sekali menolong orang lain. Mudah sekali tersentuh untuk menolong orang lain. Itulah sebabnya setelah dia lulus dari bangku kuliah, dia mendirikan sebuah yayasan amal untuk kemanusiaan di kota ini.

Siang ini masih begitu panas. Keringat sudah dari tadi muncul dari balik pori-poriku. Aku bahkan tidak menyadarinya dan lebih terpaku dengan sahabat di depanku ini sekarang yang tiba-tiba berubah.

"Dia orang baik dan dermawan sepertimu Ardian," kataku mencoba membela orang yang dia maksud.

"Apa??? Hahaha!!" Ardian kembali tertawa mendengar perkataanku, bahkan lebih mirip orang stres aku rasa.

"Dengar John, Binsar itu hanya calon tikus busuk! Dan kau tahu? Dia lebih tikus dari tikus manapun yang pernah kukenal. Dia kejam John!!!" Ardian kini benar-benar marah, aku rasa begitu.

"Dia bahkan mengatakan padaku akan mengenyahkan orang-orang yang ingin membuat langkahnya terhenti untuk jadi tikus paling busuk dan paling kejam yang pernah kukenal," Ardian berkata sambil menatapku dengan rona wajah marah, menyesal dan entah apalagi ekspresi wajah yang ada di depanku ini sekarang.

"Apa!!!" kataku dengan rasa kaget yang luar biasa.

"Ya! Mengenyahkan John. Tidak mencari-cari kesalahan calon-calon lain, bahkan dia rela melumuri tangannya dengan darah orang-orang tak bersalah itu. Tidak!! Aku tidak ingin masuk lebih dalam lagi untuk mengetahui kalau Binsar itu hanyalah orang busuk dan berotak dangkal. Cukup sampai disini!" kata Ardian itu bagaikan petir di pagi hari yang begitu cerah.

Matahari semakin panas menyengat di luar. Keringat sudah mulai membanjir tak terbendung tapi aku bahkan tidak menyadarinya. Ardian sesekali memperbaiki letak kaca matanya. Kini dia bersandar di kursi depanku dengan ekspresi yang lemah dan tak berdaya.

"Ya Tuhan! Sebegitu bejatnya kah dia?" kataku sambil melayangkan pandangan keluar halaman yang panas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun