Mohon tunggu...
Steve Harison
Steve Harison Mohon Tunggu... Wirausaha -

Inspirator Muda Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merebaknya Radikalisme di Kampus, Pertanda Apa?

8 September 2016   21:08 Diperbarui: 8 September 2016   21:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia ini didirikan berdasarkan salahsatu ideologi terunik dan paling komprehensif di dunia

yakni Pancasila serta berlandaskan pada motto kebangsaan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Jadi, jika ada yang masih bersikukuh ingin menyombongkan dominasi tertentu dan

mengembangkan arogansinya sedemikian rupa, lebih baik keluar dari bumi tanah air pertiwi ini !

Kasus terheboh dan berbahaya telah terkuak akhir-akhir ini bahwa 

paham radikalisme dan ekstremisme ini telah menyentuh level

yang sangat mengkhawatirkan yakni menyasar kalangan intelektual muda

alias mahasiswa, bahkan di kampus-kampus terkemuka di negeri ini.

Video pendek di kawasan rektorat Kampus Makara di Depok 

yang diunggah oleh seorang mahasiswa sungguhlah membuktikan bahwa

internet dan media sosial pun kerap digunakan untuk propaganda fanatik bagi 

para penganut paham radikalisme dan ekstremisme.

Demokrasi itu sangat-sangat boleh karena dijamin oleh sila ke-4 Pancasila,

namun apakah dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakatnya secara dewasa atau tidak?

Jika justru mengobarkan 'semangat tendensius' untuk kepentingan sempit dan jangka pendek

bahkan telah merugikan orang lain secara langsung, apakah itu demokrasi?

Terlebih klaim mengatasnamakan mahasiswa dan menggunakan atribut resmi kampus,

itu sungguh-sungguh tidak mencerminkan intelektualitas daripada seorang mahasiswa itu sendiri.

Lalu, sebenarnya bagaimana radikalisme dan ekstremisme ini dapat menyebar di kampus?

Apa karena pihak kampus memang tutup mata atau memang tidak tahu sama sekali alias 'kecolongan'?

Apa perlu dibuat Badan Intelejen Kampus  sendiri mengingat kampus harus bebas dari 

intervensi politik ataupun militer? 

Apa jargon 'revolusi mental' yang diusung pemerintahan saat ini ternyata gagal total

menjangkau generasi muda yang rawan akan 'pencucian otak'?

Sungguh ironis disaat kita membaca berita bahwa Diki, sang superjenius 12 tahun berkuliah di Kanada

untuk membuktikan bahwa anak Indonesia pun sejajar dengan superjenius dari belahan dunia lain,

sementara juga menemukan berita mengenai seseorang yang menyandang 'intelektualita dari kampus ternama'

justru tidak membuat prestasi apa-apa malah melakukan provokasi yang menimbulkan 'apa-apa'.

Pertanda apa sebenarnya ini?

Memang tidak dapat dikatakan bahwa kampus telah gagal dalam 

membina moralitas dan mengembangkan nilai luhur kebangsaan 

bagi para mahasiswanya yang berjumlah ribuan bahkan puluhan ribu.

Pendidikan karakter kini harus jauh lebih diutamakan daripada sekedar

intelegensi yang dominan berujung pada nilai dan kelulusan. 

Jangan sampai bonus demografi Indonesia justru dimanfaatkan pihak-pihak tertentu

untuk memenuhi tujuan jahatnya dalam paham radikalisme dan ekstremisme. 

Pemuda/i Indonesia harus membuka mata bahwa kita telah berada di abad ke-21 

dimana daya saing negeri seutuhnya bergantung pada pemuda-pemudi berkualitas tinggi.

Kampus adalah tempat yang [sesungguhnya] ideal bagi generasi muda untuk

meningkatkan kualitas sedemikian rupa sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa negara maju,

dan akhirnya kita tak akan menyesal memilih kewarganegaraan Indonesia...

Ingatlah bahwa tanah air yang sangat indah dan kaya ini memerlukan 

buah-buah pikiran yang cemerlang dan tangan-tangan yang cekatan,

bukan buah pikiran yang cupet dan tangan yang kesemutan.

Salam Bhinneka, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun