Di balik hamparan subur dan bersemi, Tanah Adat menjelma menjadi karakter yang menarik untuk dijelajahi. Tanah Adat, suatu entitas yang merdeka, tak berdusta, terperangkap dalam tarikan antara kehendak manusia dan keinginan alam. Dalam puisi ini, kita akan merasakan kekuatan retorika dan sarkasme sebagai respon atas ambisi korporasi yang mengintai keberadaan Tanah Adat.
Â
Tanah Adat, kuasa alam yang berkuasa,
Kau tertawa bercanda dengan pepohonan dan sungai,
Namun, di balik ketenanganmu, terpendam kebijaksanaan,
Hanya sedikit yang mampu memahami makna keberadaanmu.
Â
Tanah Adat, bukanlah rebutan bagi korporasi,
Kau bukanlah lahan kosong untuk diperbudak,
Namun, korporasi tega menggusur dan memanfaatkanmu,
Menganggapmu hanyalah objek tanpa hati dan jiwa.
Â
Di mata korporasi, kau hanyalah potensi keuntungan,
Mereka tak menghargai sejarah dan makna yang tersemat padamu,
Mereka serakah dan tak terbendung dalam pengejaran laba,
Tanpa ampun, mereka merayap menuju kekasih cinta yang dilarang.
Â
Namun, oh Tanah Adat, jangan biarkan dirimu terluka,
Dalam senyummu yang hangat, tersimpan kekuatan yang tak terhitung,
Biarkan mereka terombang-ambing dalam pusaran ambisi dan kekuasaan,
Karena akhirnya, cinta dan kedamaian akan memenangkan pertarungan.
Â
"Tanah Adat Tidak untuk Korporasi," teriakan hati yang terpendam,
Retorika dan sarkasme menjadi senjata dalam perlawanan,
Tanah Adat, kau adalah simbol kekuatan alam yang tak terkalahkan,
Korupsi dan pengkhianatan tak akan pernah merobohkanmu.
Â
Dalam kehadiranmu, kita belajar arti cinta dan komitmen,
Tidakkah kau sadari, Tanah Adat, kita membutuhkanmu lebih dari segalanya?
Korporasi mungkin mengintai dengan niat busuk,
Namun, dalam keabadianmu, kita temukan kebenaran sejati.....
Â
(Puisi ini adalah pantulan retorika dan sarkasme atas ketidakadilan yang ditemui Tanah Adat dalam menghadapi serbuan korporasi yang serakah. Semoga suara puisi ini mampu menggugah kesadaran dan kepedulian terhadap keberadaan Tanah Adat dan keberlangsungan lingkungan.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H