Mohon tunggu...
Stevan RiverLombo
Stevan RiverLombo Mohon Tunggu... Buruh - Petani

Bajalang-batulis-bacerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanah Adat Tidak untuk Korporasi

9 Juni 2024   18:22 Diperbarui: 9 Juni 2024   18:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di balik hamparan subur dan bersemi, Tanah Adat menjelma menjadi karakter yang menarik untuk dijelajahi. Tanah Adat, suatu entitas yang merdeka, tak berdusta, terperangkap dalam tarikan antara kehendak manusia dan keinginan alam. Dalam puisi ini, kita akan merasakan kekuatan retorika dan sarkasme sebagai respon atas ambisi korporasi yang mengintai keberadaan Tanah Adat.

 

Tanah Adat, kuasa alam yang berkuasa,

Kau tertawa bercanda dengan pepohonan dan sungai,

Namun, di balik ketenanganmu, terpendam kebijaksanaan,

Hanya sedikit yang mampu memahami makna keberadaanmu.

 

Tanah Adat, bukanlah rebutan bagi korporasi,

Kau bukanlah lahan kosong untuk diperbudak,

Namun, korporasi tega menggusur dan memanfaatkanmu,

Menganggapmu hanyalah objek tanpa hati dan jiwa.

 

Di mata korporasi, kau hanyalah potensi keuntungan,

Mereka tak menghargai sejarah dan makna yang tersemat padamu,

Mereka serakah dan tak terbendung dalam pengejaran laba,

Tanpa ampun, mereka merayap menuju kekasih cinta yang dilarang.

 

Namun, oh Tanah Adat, jangan biarkan dirimu terluka,

Dalam senyummu yang hangat, tersimpan kekuatan yang tak terhitung,

Biarkan mereka terombang-ambing dalam pusaran ambisi dan kekuasaan,

Karena akhirnya, cinta dan kedamaian akan memenangkan pertarungan.

 

"Tanah Adat Tidak untuk Korporasi," teriakan hati yang terpendam,

Retorika dan sarkasme menjadi senjata dalam perlawanan,

Tanah Adat, kau adalah simbol kekuatan alam yang tak terkalahkan,

Korupsi dan pengkhianatan tak akan pernah merobohkanmu.

 

Dalam kehadiranmu, kita belajar arti cinta dan komitmen,

Tidakkah kau sadari, Tanah Adat, kita membutuhkanmu lebih dari segalanya?

Korporasi mungkin mengintai dengan niat busuk,

Namun, dalam keabadianmu, kita temukan kebenaran sejati.....

 

(Puisi ini adalah pantulan retorika dan sarkasme atas ketidakadilan yang ditemui Tanah Adat dalam menghadapi serbuan korporasi yang serakah. Semoga suara puisi ini mampu menggugah kesadaran dan kepedulian terhadap keberadaan Tanah Adat dan keberlangsungan lingkungan.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun