"Tanah Adat Tidak untuk Korporasi," teriakan hati yang terpendam,
Retorika dan sarkasme menjadi senjata dalam perlawanan,
Tanah Adat, kau adalah simbol kekuatan alam yang tak terkalahkan,
Korupsi dan pengkhianatan tak akan pernah merobohkanmu.
Â
Dalam kehadiranmu, kita belajar arti cinta dan komitmen,
Tidakkah kau sadari, Tanah Adat, kita membutuhkanmu lebih dari segalanya?
Korporasi mungkin mengintai dengan niat busuk,
Namun, dalam keabadianmu, kita temukan kebenaran sejati.....
Â
(Puisi ini adalah pantulan retorika dan sarkasme atas ketidakadilan yang ditemui Tanah Adat dalam menghadapi serbuan korporasi yang serakah. Semoga suara puisi ini mampu menggugah kesadaran dan kepedulian terhadap keberadaan Tanah Adat dan keberlangsungan lingkungan.)