Di balik hamparan subur dan bersemi, Tanah Adat menjelma menjadi karakter yang menarik untuk dijelajahi. Tanah Adat, suatu entitas yang merdeka, tak berdusta, terperangkap dalam tarikan antara kehendak manusia dan keinginan alam. Dalam puisi ini, kita akan merasakan kekuatan retorika dan sarkasme sebagai respon atas ambisi korporasi yang mengintai keberadaan Tanah Adat.
Â
Tanah Adat, kuasa alam yang berkuasa,
Kau tertawa bercanda dengan pepohonan dan sungai,
Namun, di balik ketenanganmu, terpendam kebijaksanaan,
Hanya sedikit yang mampu memahami makna keberadaanmu.
Â
Tanah Adat, bukanlah rebutan bagi korporasi,
Kau bukanlah lahan kosong untuk diperbudak,
Namun, korporasi tega menggusur dan memanfaatkanmu,
Menganggapmu hanyalah objek tanpa hati dan jiwa.