Hukuman yang digantikan oleh orang lain (penebusan)
Kristus mati sebagai ganti orang-orang berdosa (menderia keterasingan dari Allah untuk menggantikan kita). Namun, dalam proses ini, Ia menukarkan kebenaran-Nya (yang berasal dari menjalankan hukum dengan sempurna) dengan kejahatan kita (2Kor. 5:21). Sebagai pewaris-pewaris keselamatan, orang-orang Kristen menikmati pengampunan dosa mereka dan anugerah kebenaran Kristus, yang diberikan kepada mereka melalui iman (1Pet. 3:18). Pelopor reformasi Jerman yang bernama Martin Luther menyebut kematian dan penebusan Kristus sebagai "pertukaran yang agung".
Pendamaian
Tema dasar penebusan dalam Perjanjian Lama berpusat pada gagasan pendamaian. Gagasan ini terutama diungkapkan melalui dua cara: Pertama, dalam penderitaan bangsa Israel yang terang-terangan melanggar hukum Allah, membuat-Nya marah, dan patut untuk mati. Dalam beberapa kasus, khususnya di padang gurun, Allah memang membawa kematian kepada sebagian orang (Bil. 11:1, 10; 25:3-4), meskipun Ia mengecualikan bangsa Israel secara keseluruhan sebagai tanggapan atas mediasi Musa (Kel. 32:10-14; 30-35). Kejadian-kejadian ini menegaskan poin bahwa pada akhirnya dosa manusia harus dihukum.
Kedua, Allah menyediakan penebusan selubung bagi dosa-dosa manusia melalui pengorbanan darah hewan yang tahir (Im. 4:6; 16:1-34; 23:26-32). Pengorbanan-pengorbanan di dalam PL ini tidak benar-benar mengalihkan murka Allah, tetapi merupakan gambaran tentang pengorbanan final dan akhir yang kelak diberikan oleh Sang Mesias, yakni Yesus (Ibr. 9:11-14, 28; 10:1-14; 1Yoh. 2:1-2). Dengan mencurahkan darah-Nya sendiri di kayu salib, Yesus Kristus menanggung murka Allah yang ditujukan kepada orang-orang berdosa (Rm. 3:25).
Rekonsiliasi
Dosa menciptakan penghalang antara Allah dan manusia, dan sepenuhnya mengasingkan manusia dari Allah. Perseteruan dan permusuhan, yang memang sudah sepatutnya diperlihatkan Allah, menggambarkan hubungan itu. Alkitab mengacu pada orang-orang berdosa sebagai musuh Allah dan sasaran murka-Nya yang kudus. Namun, kematian Kristus meredakan murka Allah dan merobohkan tembok antara manusia dan Allah (2Kor. 5:19). Kasih Allah bagi umat manusia diwujudkan, bahkan ketika kita masih berdosa (Rm. 5:9-10).
Penebusan
Menurut Alkitab, kekuatan dosa menguasai manusia di dalam cengkeramannya. Boleh dikatakan, manusia tersandera oleh dosa dan tidak dapat membebaskan dirinya sendiri. Mirip dengan kasus penculikan, kematian Yesus Kristus di kayu salib membayar harga tebusan untuk membebaskan manusia dari dosa, maut, dan Iblis (Mrk. 10:45; Ibr. 9:15). Korban penebusan Kristus membebaskan orang-orang yang ditawan oleh dosa.
Pembenaran
Sebagai pelanggar-pelanggar tetap hukum Allah yang sempurna, manusia bersalah di hadapan Sang Pencipta mereka yang kudus dan dihukum untuk terpisah selama-lamanya dari-Nya. Namun, Sang Hakim Ilahi membuat putusan dengan mempertimbangkan pengorbanan Yesus Kristus sebagai tebusan. Pembenaran itu mengacu pada tindakan yudisial (hukum) Allah yang membebaskan orang percaya dari kesalahan, dan membenarkan orang percaya itu di mata-Nya berdasarkan kebenaran sempurna yang diperhitungkan (dan berbeda) yang dimiliki oleh Yesus Kristus (Luk. 18:14; Kis. 13:39; Rm. 3:20, 23-24, 28; 5:1-2; Gal. 2:16; 3:24; Tit. 3:5, 7). Pernyataan ilahi tentang pembenaran ini secara eksklusif berasal dari kasih karunia Allah, melalui sarana iman manusia saja, dan semata-mata karena jasa Kristus.