Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Yesus Kristus Harus Mati?

16 Agustus 2018   18:51 Diperbarui: 16 Agustus 2018   18:55 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa besarkah jangkauan dosa?

Dosa bersifat universal dan memengaruhi setiap manusia (Mzm. 143:2; Pkh. 7:20; Yer. 17:9; Gal. 3:22; Yak. 3:2; 4:4). Natur dosa yang diwariskan Adam ini berada pada inti (batin) manusia (Yer. 17:9; Mat. 15:19), memengaruhi seluruh pribadinya, termasuk pikiran, kehendak, kasih sayang dan tubuh manusia (Ef. 2:3; 4:17-19). 

Jadi, manusia benar-benar rusak akhlaknya. Doktrin kerusakan moral total ini tidak berarti bahwa manusia benar-benar atau sama sekali jahat, tetapi berarti bahwa manusia sepenuhnya berdosa (dosa telah memengaruhi seluruh keberadaan mereka). Kerusakan moral ini tidak memungkinkan manusia untuk mendapatkan perkenan Allah (Yer. 17:9; Yoh. 5:42; 6:44; Rm. 7:18; 1Kor. 2:14; Tit. 1:15). Meskipun orang yang berdosa secara moral mampu melakukan beberapa perbuatan baik (di bawah pengaruh kebaikan Allah), natur dosa membuat mereka tidak mampu hidup dengan cara-cara yang benar-benar berkenan kepada Allah.

Mengingat kondisi manusia yang berdosa dan karakter Allah yang kudus dan benar (Ul. 32:4; Mzm. 98:9; Yes. 6:3), manusia tidak akan bisa mengelak dari murka Allah yang benar-benar adil (Rm. 1:18; Ef. 2:3). Allah yang adil harus menghukum orang berdosa dan meminta pertanggunganjawab atas dosa-dosanya. Namun, di tengah-tengah keadaan putus asa manusia karena murka penghakiman ilahi, Allah turun tangan dan menyediakan jalan keluar.

Penyelamatan ilahi

Allah dengan kasih dan belas kasihan-Nya yang tak terbatas memberikan jalan bagi manusia yang berdosa untuk menghindari hukuman kekal, dan itu hanya terjadi dalam diri Yesus Kristus (Yoh. 14:6; Kis. 4:12). Keselamatan dapat dicapai dengan bertobat (berpaling) dari dosa dan percaya (memiliki keyakinan teguh) bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang ilahi, bahwa Ia mati di kayu salib sebagai kurban penebusan dosa, dan bahwa Ia bangkit secara fisik dari kematian (1Kor. 15:3-4). Keselamatan adalah hadiah langsung dan eksklusif dari kasih karunia Allah (kebaikan yang tidak layak diterima), yang hanya bisa dipahami melalui iman, dan yang sesungguhnya ditanggung oleh Yesus Kristus (Ef. 2:8-9).

Mengapa penebusan diperlukan?

Karakter Allah yang sangat kudus, benar, dan adil menunut Ia untuk menghukum orang-orang berdosa dengan tepat. Ia tidak dapat begitu saja mengampuni orang berdosa melalui sepatah kata karena keadilan-Nya yang tidak terbatas harus benar-benar dipenuhi. Sebaliknya, Allah menyatakan kasih setia-Nya dan memilih untuk menghukum seorang pengganti yang sepenuhnya memenuhi syarat sehingga memungkinkan orang-orang berdosa menerima belas kasihan-Nya. 

Pengganti yang menanggung murka ilahi untuk menggantikan orang-orang berdosa ini adalah Putra Allah sendiri yang berinkarnasi, yaitu Yesus Kristus. Penebusan manusia jelas ditanggung oleh Allah. Keputusan-Nya untuk menghukum Anak-Nya sendiri, dan bukan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang tidak taat, menyatakan kasih Allah yang menakjubkan.

Di kayu salib, Yesus Kristus, yang rela menjadi pengganti, menjadi objek murka Allah yang setimpal terhadap dosa. Korban penebusan yang luar biasa ini sepenuhnya memuaskan keadilan Allah. Dengan memberikan kesempatan kepada manusia berdosa untuk menerima pengampunan yang tepat, kasih-Nya terwujud sepenuhnya.

Seperti banyak doktrin Kristen lainnya, penebusan mengandung misteri ilahi yang besar. Kebenaran tentang pengorbanan Kristus di kayu salib tak habis-habisnya dipikirkan oleh manusia. Beberapa metafora Alkitab berikut ini menggambarkan arti penebusan Krustus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun