Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 14:26-28

29 Juli 2018   21:45 Diperbarui: 29 Juli 2018   22:06 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (dok. pribadi)

Untuk menjamin keteraturan di dalam ibadah, Paulus memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan karunia bahasa roh (ayat 27). Jumlah orang yang berbahasa roh tidak boleh terlalu banyak. Dua atau tiga orang sudah cukup. Tidak boleh semua orang yang memiliki karunia bahasa roh diberi kesempatan untuk berbahasa roh dalam ibadah. Mengapa jumlahnya perlu dibatasi? Masih ada beragam karunia rohani lain yang juga perlu untuk dibagikan di dalam ibadah. Jika semua orang yang memiliki karunia berbahasa roh diberi kesempatan menggunakan karunia itu dengan semau mereka, karunia-karunia rohani yang lain akan dipadamkan. Tidak akan ada waktu bagi mereka.

Selain jumlah orang, waktu penggunaannya pun diatur. Beberapa orang tidak boleh berbahasa roh secara bersamaan, sehingga menimbulkan ketidakjelasan dan kekacauan. Setiap orang harus menunggu gilirannya, tanpa berdalih bahwa pekerjaan Roh Kudus tidak bisa ditahan. Jika Roh Kudus sudah melawat kita, maka semua peraturan duniawi tidak ada artinya lagi. Ini adalah konsep yang keliru. Budaya antre adalah sesuatu yang rohani!

Keteraturan yang lain dikaitkan dengan makna di balik bahasa roh itu. Dalam ibadah bersama, bahasa roh yang tidak disertai dengan penafsiran tidak akan membawa kebaikan bagi orang lain. Orang lain tidak akan dibangun (bdk. 14:6-12).

Penafsir bahasa roh bisa orang lain (14:26), tetapi bisa juga orang yang berkata-kata dalam bahasa roh (14:5, 13). Yang penting adalah bahasa roh harus dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkannya dalam ibadah bersama. Tetapi kita jangan buru-buru percaya. Mintalah Tuhan memberikan kepekaan. Salah satu tanda bahwa Allah memang sungguh-sungguh ingin menyampaikan sesuatu kepada umat-Nya melalui bahasa roh adalah keberadaan orang yang diberi karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Kalau tidak ada yang menafsirkan berarti Allah memang tidak berkehendak menyampaikan sesuatu melalui bahasa roh. Ia mungkin akan menggunakan karunia yang lain sebagai sarana komunikasi. Kalau tidak teratur, maka sudah bisa dipastikan kekeliruannya.

Aturan lain yang berkaitan erat dengan keteraturan adalah pengendalian diri (ayat 28). Jikalau tidak ada orang yang menafsirkan bahasa roh, orang yang berkata-kata dalam bahasa roh harus berdiam diri. Ia tidak perlu memperdengarkan kata-katanya kepada orang lain. Jika Tuhan memang ingin menyatakan sesuatu melalui karunia bahasa roh, pasti Tuhan menyediakan penafsirnya. Kalau Tuhan tidak menyediakan orang yang menafsirkannya, berarti Dia tidak ingin berbicara melalui bahasa roh kepada jemaat. Tuhan bisa saja berbicara melalui mazmur dan pengajaran, pujian dan doa, maupun karunia-karunia yang lain.

Bukan berarti orang tersebut dilarang menggunakannya sama sekali. Ia masih boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Ini masih tergolong berdoa dengan menggunakan roh (14:14-17). Perbedaannya hanya pada suara dan tujuan komunikasi. Dari sisi suara, bahasa roh tersebut tidak perlu diperdengarkan kepada orang lain. Dari sisi tujuan komunikasi, bahasa roh itu tidak ditujukan pada orang lain.

Semua aturan main yang praktis ini menunjukkan bahwa bahasa roh dapat dikendalikan. Pemberian karunia bahasa roh oleh Roh Kudus tidak meniadakan pengendalian diri. Orang yang berbahasa roh masih bisa memikirkan aturan-aturan tertentu (maksimal tiga orang dan bergantian), bahkan mampu menahan diri (berdiam diri apabila tidak ada yang menafsirkannya). Penggunaan bahasa roh yang tidak terkendali di dalam ibadah bersama harus dicurigai, entah perkataan itu bukan dari Roh Kudus atau orang yang menggunakannya tidak mengindahkan kebaikan orang lain. Ibadah yang berkenan kepada Tuhan selalu melibatkan keteraturan dan pengendalian diri.

Apa yang disampaikan Paulus ini jelas berkontradiksi dengan ajaran di gereja-gereja tertentu. Banyak orang meyakini bahwa karunia berbahasa roh tidak dapat dikendalikan. Jika Roh Kudus sedang memberikannya kepada seseorang, maka di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun orang itu tidak akan mampu melawan. Ia mungkin akan terus berkata-kata dalam bahasa roh selama berjam-jam.

Gereja-gereja dari kalangan tertentu juga cenderung mengaitkan pekerjaan Roh Kudus dengan kebebasan. Kebebasan ini pun dipahami dengan cara yang aneh. Dalam dunia roh, semua batasan dan aturan yang ada di dunia nyata dipandang tidak lagi relevan. Jika sudah mengatasnamakan Roh Kudus, semua etika manusiawi tidak lagi mengikat. Beberapa bahkan mengklaim mendapat bisikan dari Roh Kudus untuk melakukan tindakan yang aneh dan bertabrakan dengan ajaran Alkitab.

Semua ini jelas merupakan kebodohan dan kekeliruan. Pekerjaan Roh tidak meniadakan keteraturan dan pengendalian diri. Batasan-batasan tetap diperhatikan. Kebaikan orang lain harus mendapat perhatian.

Artikel ini memang banyak bebicara tentang jemaat Korintus dan mungkin kita menyangka kita tidak akan menyalahi prinsip umum dan pedoman khusus di atas karena kita tidak berbahasa roh. Tetapi saya yakin bahwa kita pun sama bersalahnya dengan jemaat Korintus. Kalau kita datang ke ibadah dan cuek dengan orang lain, kita tidak berusaha menggunakan talenta kita untuk kepentingan bersama, maka kita sama bersalahnya dengan jemaat Korintus. Mungkin kita melayani menggunakan talenta kita dengan motivasi bukan untuk kebaikan orang lain, kita tidak beribadah dengan tidak teratur, bahkan kita terlambat datang beribadah, maka kita juga sama bersalahnya dengan jemaat Korintus. Saya sungguh berdoa kiranya ibadah kita menyenangkan Tuhan. Kiranya kita memperhatikan orang lain, bukan hanya memperhatikan diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun