Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerusakan Total

14 Februari 2018   18:55 Diperbarui: 18 Agustus 2018   12:03 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal lain yang perlu kita tandaskan adalah konsep transmisi dosa bukan hanya didasarkan pada Kejadian 2:16-17. Kita masih memiliki teks lain yang sangat kuat mendukung gagasan tentang dosa asal, yaitu Roma 5:12-21 (band. 1Kor. 15:21-22). Berikut ini adalah argumen yang dapat ditarik dari teks ini (Hoeksema, Reformed, 225):

Oleh satu orang maut telah menjalar kepada semua manusia, karena semua telah berdosa (ayat 12). Bagaimana bisa maut ditularkan kepada semua orang karena dosa satu orang, kecuali mereka semua telah berdosa secara legal di dalam diri satu orang itu dan dengan demikian direpresentasikan olehnya?

Maut berkuasa dari Adam sampai Musa dan atas semua yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama yang dilakukan oleh Adam (ayat 14). Jika pelanggaran Adam hanyalah gambaran dari pelanggaran semua orang, untuk apa dibedakan antara dosa Adam dan dosa manusia yang lain?

Pelanggaran satu orang menyebabkan maut bagi semua orang. Di sini terlihat adanya pembedaan antara suatu dosa yang dilakukan satu orang dan banyak orang. Jelas, “satu orang” di sini merujuk pada Adam dan dosa ini dibedakan dari dosa aktual yang dilakukan semua orang. Ungkapan “penghakiman” dan “hukuman” (ayat 18) jelas menyiratkan ide legal (forensik).

Doktrin perjanjian kerja mengajarkan ketidakadilan

Selain perdebatan seputar istilah “perjanjian kerja”, sebagian orang menolak teologi perjanjian dengan alasan bahwa hal itu tidak adil. Mereka berpendapat bahwa kesalahan seseorang tidak boleh diperhitungkan kepada orang lain. Orang itu harus bertanggung-jawab sendiri terhadap apa yang dia lakukan. Jadi, kejatuhan Adam ke dalam dosa hanya memberikan pengaruh negatif bagi Adam.

Terhadap sanggahan ini kita dapat menjawab melalui beberapa cara. Alkitab memberi banyak contoh tentang dosa seseorang yang membawa akibat bagi orang lain, misalnya dosa Akhan menyebabkan bangsa Israel kalah dari bangsa Ai (Yos. 7:1-4), dosa Daud membuat seluruh rakyatnya menderita (2Sam. 24:10-15). Secara logis tidak ada suatu hukuman kepada seseorang yang tidak membawa akibat negatif bagi orang lain. Contoh: seorang yang melakukan tindakan kriminal dan dipenjara pasti memberi dampak yang buruk bagi keluarganya (nama baik tercoreng, kehilangan figur suami/ayah/anak, dsb.). Yang paling penting, sanggahan ini tidak bisa dipertahankan jika dikaitkan dengan pembenaran yang kita terima dari Kristus. Orang percaya dibenarkan oleh Allah atas apa yang telah dilakukan Kristus (Rm. 5:18). Jika dosa Adam yang diperhitungkan kepada manusia dianggap tidak adil, maka pembenaran Kristus yang kita terima juga tidak adil (Rm. 5:12-21).

Alkitab memberikan contoh tentang orang-orang tertentu yang benar

Mereka yang menolak doktrin kerusakan total seringkali memakai beberapa tokoh Alkitab yang saleh sebagai bukti bahwa manusia bisa benar di hadapan Allah dengan kekuatan sendiri. Beberapa tokoh yang sering dikutip antara lain Habel (Kej. 4:4; Mat. 23:25), Henokh (Kej. 5:22-24), Nuh (Kej. 6:9), Ayub (Ay. 1:1) dan “orang benar” di kitab Mazmur (1:5, 6; 5:13; 11:3, 5; 31:19-20). Deretan contoh ini dianggap bertentangan dengan konsep universalitas dosa manusia.

Penyelidikan yang lebih teliti menunjukkan bahwa semua contoh di atas tidak bertentangan dengan doktrin kerusakan total, karena semua tokoh itu disebut benar bukan karena kemampuan mereka sendiri dalam menaati Allah. Selain itu, kebenaran mereka tidak berarti mereka secara sempurna berhasil menaati Allah. Habel disebut benar berdasarkan imannya (Ibr. 11:4). Henokh diangkat oleh Allah bukan karena ia memiliki ketaatan yang sempurna. Sebutan “bergaul dengan Allah” (Kej. 5:22, 24, lit. “berjalan bersama Allah”) bukan hanya ditujukan pada Henokh, tetapi juga beberapa tokoh lain, sekalipun mereka tidak diangkat ke surga (Kej. 24:40; 48:15). Contoh yang paling penting untuk diperhatikan adalah Nuh, karena Nuh adalah tokoh pertama yang disebut sebagai orang benar di dalam Alkitab. Nuh mampu hidup dengan benar (Kej. 6:9) karena dia mendapat kasih karunia dari Allah. Hal ini akan menjadi semakin jelas apabila kita bandingkan dengan keberdosaan semua manusia yang hatinya selalu cenderung pada kejahatan (Kej. 6:5).

Alkitab mengajarkan keselamatan anak-anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun