Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerusakan Total

14 Februari 2018   18:55 Diperbarui: 18 Agustus 2018   12:03 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat dari keberdosaan Adam, setiap manusia lahir dalam kesalahan (guilt) dan pencemaran (pollution). Istilah pertama lebih berkaitan dengan aspek legal (hukum), sedangkan istilah kedua berhubungan dengan aspek moral (Anthony A. Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, 190-197). Dalam kalimat lain, istilah pertama merujuk pada status manusia di hadapan Allah sebagai orang berdosa (karena diwakili Adam), sedangkan istilah kedua lebih ke arah natur manusia yang sudah dicemari dosa.

Hoekema (Manusia, 192) membedakan aspek moral dari dosa asal menjadi dua jenis: kerusakan pervasif (pervasive depravity) dan ketidakmampuan rohani (spiritual inability), walaupun dia sendiri mengaku bahwa pembedaan ini kadangkala tumpang tindih (Manusia, 195). Pembagian ini mirip dengan versi Palmer (Lima, 8-19) walaupun istilah yang dipakai berbeda; Palmer memakai istilah positif dan negatif. Sekalipun perbedaan yang jelas antara dua jeni sini kadangkala sulit ditarik, tetapi pembedaan ini tetap bermanfaat.

Kerusakan pervasif lebih difokuskan pada kerusakan seluruh aspek natur manusia dan ketidakadaan kasih kepada Allah dalam diri manusia sebagai prinsip yang memotivasi hidupnya. Alkitab berkali-kali menegaskan kerusakan semua elemen hidup manusia, baik tubuh, rasio, kehendak, selera, motivasi, dsb. Dosa merusak pikiran, hati maupun perasaan manusia (Rm. 3:10-18; Ef. 4:17-19; Tit. 1:15-16). Dalam diri manusia terdapat elemen kejahatan yang membuat manusia tidak mampu melakukan kebenaran (Rm. 7:14-24). Yesus mengajarkan bahwa semua hal yang jahat berasal dari dalam diri manusia (Mrk. 7:21-23). Yeremia mengeluhkan kejahatan hati yang begitu kuat (Yer. 17:9). Segala kecenderungan hati manusia adalah pada kejahatan semata-mata (Kej. 6:5). Dalam sebuah ajaran-Nya Yesus menggambarkan hal ini dengan relasi antara pohon dan buah (Mat. 7:17-18).

Ketidakadaan kasih Allah dalam diri manusia juga diajarkan secara eksplisit oleh Alkitab. Yesus menegur orang-orang Yahudi yang menolak Dia bahwa di dalam hati mereka tidak ada kasih Allah (Yoh. 5:42). Manusia berdosa justru mengasihi kegelapan daripada terang (Yoh. 3:19). Paulus menjelaskan bahwa semua orang di luar Kristus adalah seteru Allah (Rm. 5:10). Dosa yang membuat mereka memuaskan daging juga merupakan perseteruan dengan Allah (Rm. 8:7a). Orang tertentu yang tampaknya sangat mencari Allah pun tidak disebut sebagai orang yang mengasihi. Mereka hanyalah orang yang giat untuk Allah (Rm. 10:2). Orang yang tampaknya rohani dan mengasihi Allah sekalipun ternyata terbukti mengasihi dirinya sendiri (Mat. 19:16-22//Mrk. 10:17-22//Luk. 18:18-23).

Kerusakan lain sebagai akibat dosa asal adalah ketidakmampuan rohani. Yang dimaksud istilah ini adalah ketidakmampuan manusia untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang sungguh diperkenan Allah serta mengubah arah hidupnya dari mengasihi diri sendiri menjadi mengasihi Allah. Tentang doktrin ini Alkitab memberikan dukungan teks yang cukup banyak. Dalam beberapa kasus teks-teks tersebut sekaligus mengajarkan kerusakan pervasif dan ketidakmampuan rohani. Tuntutan untuk dilahirkan kembali (bentuk pasif) sebagai syarat masuk ke dalam Kerajaan Allah mengindikasikan bahwa dengan natur alamiah manusia mereka tidak akan mampu melihat Kerajaan Allah (Yoh. 3:3, 5). Hidup manusia tidak akan berbuah kecuali berada di dalam Kristus, karena di luar Kristus manusia tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 15:4-5). Sekalipun manusia secara kognitif mengetahui tuntutan Allah, mereka tidak mampu menaati itu, bahkan mereka justru menindas kebenaran itu (Rm. 1:18, 32; 7:18-19). Manusia duniawi tidak mungkin menerima hal-hal rohani, karena baginya itu adalah kebodohan (1Kor. 2:14). Mereka yang di luar Kristus berada dalam kondisi mati secara rohani (Ef. 2:1; Kol. 2:13) dan satu-satunya pertolongan bagi mereka adalah jika mereka dihidupkan bersama-sama Kristus (Ef. 2:4-5; Kol. 2:13) atau diciptakan kembali (Ef. 2:10; band. 2Kor. 5:17). Tanpa intervensi Allah, manusia tidak akan mampu memilih Allah (1Kor. 12:3). Manusia baru dapat datang kepada Allah kalau ia ditarik oleh Bapa (Yoh. 6:44), diberi karunia oleh Bapa (Yoh. 6:65) atau dibuka hatinya oleh Tuhan (Kis. 16:14).

Selain faktor internal dalam diri manusia – kerusakan pervasif dan ketidakmampuan rohani – faktor lain yang perlu diperhatikan adalah dominasi iblis atas orang-orang yang belum bertobat. Alkitab mengajarkan bahwa mereka yang berada di luar Kristus dikuasai oleh penguasa kerajaan angkasa (Ef. 2:2; 6:12). Yesus menyebut orang Yahudi yang menolak Dia sebagai anak-anak iblis yang selalu menuruti keinginan bapa mereka (Yoh. 8:44). Iblis adalah penguasa dunia ini atas orang-orang durhaka (Yoh. 12:31).

Faktor internal dan eksternal inilah yang menjadikan manusia tidak mungkin mampu berpartisipasi dalam keselamatan. Semua proses keselamatan manusia dikerjakan oleh Roh Kudus. Baik kelahiran kembali maupun iman adalah pemberian Allah. Hal ini diajarkan dengan jelas di Efesus 2:8-9. Kata “itu” dalam dua ayat ini tidak merujuk pada iman maupun kasih karunia, karena kata “itu” dalam bahasa Yunani berjenis kelamin neuter (touto), sedangkan iman (pistis) maupun kasih karunia (charis) berjenis kelamin feminin. Bentuk neuter touto merujuk pada keseluruhan proses keselamatan dalam teks ini. Dengan kata lain, iman kepada Kristus pun adalah pemberian Allah.

Kesalahan umum tentang doktrin kerusakan total

Istilah “kerusakan total” dapat ditafsirkan dalam banyak cara, karena kata “total” memang sangat ambigu. Tidak heran, sebagian teolog Reformed mengusulkan beberapa istilah yang lain untuk doktrin ini, misalnya kerusakan pervasif (Hoekema, Manusia, 192) atau ketidakmampuan total (Boettner, The Reformed Doctrine, 61-82). Mengingat istilah ini sering disalahartikan, penjelasan via negativa (apa yang bukan dimaksud dengan kerusakan total) sangat dibutuhkan.

  • Manusia menjadi benar-benar rusak sampai serusak-rusaknya. Ini bukan kerusakan total (total depravity), tetapi kerusakan mutlak (absolute depravity).
  • Manusia tidak lagi memiliki hukum moral maupun hati nurani..
  • Manusia selalu jatuh ke dalam setiap kemungkinan dosa yang ada.
  • Manusia tidak dapat melakukan kebaikan yang berguna bagi orang lain.

Bagaimana hal di atas dapat dijelaskan? Pertama, semua kebaikan yang dilakukan manusia di luar Kristus adalah kebaikan relatif. Yesus mengakui bahwa orang berdosa dapat berbuat baik kepada orang lain, walaupun kasih itu terbatas pada orang lain yang berbuat baik kepada mereka (Mat. 5:46-47; Luk. 6:33). Seorang ayah dapat mengasihi anaknya meskipun tanpa kelahiran baru dari Roh Kudus (Mat. 7:11//Luk. 11:13). Orang-orang Farisi juga berbuat kebaikan (Mat. 6:2, 5, 16).

Kebaikan di atas disebut relatif karena tidak diukur berdasarkan standar tertentu yang mutlak. Jika diukur dengan standar ilahi yang mutlak, kesalehan itu hanya seperti kain kotor (Yes. 64:6). Katekismus Heidelberg Artikel 91 menjelaskan perbuatan-perbuatan baik sebagai “hanya hal-hal yang dilakukan dari iman yang benar (Yoh. 15:5; Rm. 14:23; Ibr. 11:6), sesuai dengan hukum Allah (Im. 18:4; 1Sam. 15:22; Ef. 2:10) dan untuk kemuliaan-Nya (1Kor. 10:31) dan tidak didasarkan pada opini atau pemahaman manusia (Ul. 12:32; Yes. 29:13; Yeh. 20:18-19; Mat. 15:7-9). Dari definisi ini terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara kebaikan relatif (menurut pandangan manusia) dan kebaikan mutlak (menurut standar Allah). Kebaikan yang sesungguhnya hanya bisa terjadi jika didasarkan pada iman yang benar, sesuai dengan hukum Allah dan dilandasi motivasi untuk memuliakan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun