Mohon tunggu...
Stephanie Vanessa
Stephanie Vanessa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Angkatan 2013 Universitas Kristen Petra Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergulatan Hidup Warga Terdampak Penutupan Dolly: Di Luar Tersenyum tapi Hati Menangis

31 Desember 2014   05:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muktamar bukan satu-satunya warga yang kurang beruntung. Ada sebagian ibu-ibu yang berusaha bangkit. Mereka ikut tergabung sebagai penjual makanan di Sentra Kuliner Putat Jaya binaan Kecamatan Sawahan.

“Setelah Dolly ditutup, ekonomi mati sama sekali. Kita seperti orang yang di PHK sepihak,” ujar Hariati, penjual nasi rawon.

Perempuan berusia 49 tahun itu dulu berjualan nasi dan membuka kos-kosan di daerah lokalisasi Dolly. Sebelum Dolly ditutup, penghasilan Hariati mencapai Rp 5-6 juta per bulan.

Sekarang, hampir tidak ada penghasilan yang masuk sama sekali sementara modal untuk membuat nasi rawon, harus keluar terus-menerus. “Meski ibu bisa tersenyum, dalam hati menangis. Tertawa itu hanya untuk menghibur diri,” ucapnya.

Hal serupa dialami Sorga Itta, penjual bakso. Perempuan 45 tahun ini sudah beberapa kali hendak mengundurkan diri, tapi ibu-ibu yang lain terus memotivasinya agar tetap bertahan. “Saya harus tegar dengan perubahan yang terjadi,” tukasnya.

Meski berjualan makanan dan minuman banyak merugi, ibu-ibu itu mengaku masih mau melanjutkan usahanya di sentra kuliner ini. “Kalau ada yang beli, sampai jam berapapun kita layani. Kita mau tunggu, wong kita kerja,” sambung Lika, penjual soto daging.

Mereka hanya berharap Sentra Kuliner Putat Jaya yang sempat disebut Dollicious itu banyak dikunjungi pembeli, supaya dagangan mereka laris. Selain itu, mereka berharap lahan eks wisma di Dolly segera dibeli Pemkot Surabaya supaya kehidupan ekonomi di kawasan tersebut dapat hidup kembali.

Inisiatif Pemkot Surabaya

Jauh hari sebelum penutupan, Pemkot Surabaya telah melakukan sosialisasi penutupan sekaligus memberikan pelatihan kepada warga terdampak.

Begitu kawasan esek-esek itu ditutup, sekitar 600 warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, meliputi lima RW, yakni RW 3, 6, 10, 11 dan 12, mengikuti pelatihan kewirausahaan.

PT Terminal Petikemas Surabaya dan PT Wangta Agung menjadi pendukung kegiatan pelatihan tersebut. Pelatihan selama 15 hari itu melibatkan 80 warga di ring I (di kawasan lokalisasi) dan ring II (di sekitar lokalisasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun