Langkah-langkah gontai
Mengiringi perjalanan tak henti
Bersama alunan sepi
Dan tak sempat menepi
Hingga suatu saat
Sukma sadar tersesat
Langkahnya terus menanjak
Penderitaan kian banyak
Seiring waktu,
Langkah semakin pelan
Beban semakin kurang ajar
Sirnalah mata yang berbinar
Tempat ini
Wujudnya hitam legam
Seperti lembah kelam
Menjulang tinggi memecah cakrawala
Ada satu pertapa
Yang sejak awal diabaikan sukma
Tak sudi dilihat mukanya
Muak melihat wujudnya
Ia menepuk pundak sukma
Sebelum akhirnya ditampar keras
Dan ingin ditebas
Karena sukma ingin bebas
Tak ada perlawanan
Tak tahu ini kawan atau lawan
Karena waktu sudah membeku
Dibinasakan oleh hati yang kaku
Pertapa yang tak dianggap berkata
"Wahai sukma, ini adalah gunung dosa. Kau tidak bisa mengelak"
Disana tak ada kebahagiaan bak perak
Pertapa itu benarlah bijak
Perenungan sukma terus berlanjut
Kesengsaraan terus dirajut
Dibukalah batin sukma yang merajuk
Telah terputuslah ia pada Sang Pencipta yang Agung
Pertapa memberi wejangan
Bahwa sukma harus berpegang
Pada doa dan hati yang ikhlas
Musnahkan gunung dosa yang cadas
Lantunan doa lolos dari bibir sukma
Tipislah bentuk gundukan itu sekarang
Pertapa sudah menghilang
Sukma tak lagi berang
Satu hal yang diingatkan
Sukma memang tak luput dari dosa
Tapi selalu eratkanlah
Kehidupan dengan Sang Pencipta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H