Mohon tunggu...
Stephanie Maria Mantiri
Stephanie Maria Mantiri Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menuangkan imajinasi ke dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gunung Dosa

24 Juni 2022   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2022   23:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah-langkah gontai

Mengiringi perjalanan tak henti

Bersama alunan sepi

Dan tak sempat menepi

Hingga suatu saat

Sukma sadar tersesat

Langkahnya terus menanjak

Penderitaan kian banyak

Seiring waktu,

Langkah semakin pelan

Beban semakin kurang ajar

Sirnalah mata yang berbinar

Tempat ini

Wujudnya hitam legam

Seperti lembah kelam

Menjulang tinggi memecah cakrawala

Ada satu pertapa

Yang sejak awal diabaikan sukma

Tak sudi dilihat mukanya

Muak melihat wujudnya

Ia menepuk pundak sukma

Sebelum akhirnya ditampar keras

Dan ingin ditebas

Karena sukma ingin bebas

Tak ada perlawanan

Tak tahu ini kawan atau lawan

Karena waktu sudah membeku

Dibinasakan oleh hati yang kaku

Pertapa yang tak dianggap berkata

"Wahai sukma, ini adalah gunung dosa. Kau tidak bisa mengelak"

Disana tak ada kebahagiaan bak perak

Pertapa itu benarlah bijak

Perenungan sukma terus berlanjut

Kesengsaraan terus dirajut

Dibukalah batin sukma yang merajuk

Telah terputuslah ia pada Sang Pencipta yang Agung

Pertapa memberi wejangan

Bahwa sukma harus berpegang

Pada doa dan hati yang ikhlas

Musnahkan gunung dosa yang cadas

Lantunan doa lolos dari bibir sukma

Tipislah bentuk gundukan itu sekarang

Pertapa sudah menghilang

Sukma tak lagi berang

Satu hal yang diingatkan

Sukma memang tak luput dari dosa

Tapi selalu eratkanlah

Kehidupan dengan Sang Pencipta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun