Mengapa seringkali hubungan kita dengan suami, istri, anak-anak, dan rekan-rekan kita membuat kita tertekan, tidak nyaman, dan merasa tidak dimengerti. Manusia memiliki 5 Kebutuhan Dasar untuk tetap hidup dengan bahagia:
Kasus Roti Hangus
Sebuah Refleksi Atas Pengalaman
Seorang Ahli Pendidikan (AP) bertanya pada 3 orang ibu yang ditunjuk dari para peserta sebuah pelatihan.
AP: "Misalkan suatu pagi Anda sedang menyiapkan roti bakar untuk sarapan suami Anda, tiba-tiba telepon berdering, anak Anda menangis, dan roti bakar jadi hangus.
Lalu suami Anda berkomentar: 'Kapan kamu akan belajar memanggang roti tanpa menghanguskannya?'
Kira-kira bagaimana reaksi Anda?"
Ibu 1: "Langsung saya lemparkan roti itu ke mukanya!"
Ibu 2: "Saya akan katakan padanya, 'Bangun dan bakar sendiri rotinya!'"
Ibu 3: "Saya rasa saya akan menangis."
AP: "Lalu bagaimana perasaan Anda terhadap suami Anda?"
Semua: "Marah, benci, dan merasa dianiaya."
AP: "Mudahkah bagi Anda untuk menyiapkan roti bakar lagi pagi itu?"
Semua: "Tentu saja tidak."
AP: "Dan jika suami Anda pergi bekerja, akan mudahkah bagi Anda untuk membereskan rumah dan belanja kebutuhan sehari-hari dengan lapang dada?"
Ibu 1: "Tidak. Saya akan merasa sumpek sekali sepanjang hari."
Ibu 2: "Saya tidak akan membeli apapun untuk keperluan hari itu."
AP: "Katakanlah bahwa roti itu memang hangus. Tetapi suami Anda mengatakan kepada Anda, 'Tampaknya pagi ini kamu lelah ya...sayang, Telepon berdering, anak kita menangis, dan sekarang roti hangus' Kira-kira apa reaksi Anda?
Ibu 1: "Saya tidak percaya bahwa yang berbicara itu adalah suami saya."
Ibu 2: "Saya akan merasa bahagia."
Ibu 3: "Saya akan merasa senang, dan saya fikir, saya akan memeluknya."
AP: "Mengapa Anda gembira? Bukankah anak tetap menangis, telepon berdering, dan roti sudah hangus...?"
Semua: "Kami tidak akan peduli dengan semua itu."
AP: "Lalu apa yang berbeda kali ini?"
Ibu 1: "Saya merasa suami saya baik sekali, karena tidak menyalahkan saya, melainkan memahami perasaan saya. Dia berpihak pada saya, bukan memusuhi saya."
AP: "Jika suami Anda pergi bekerja, akan mudahkah bagi Anda untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga?"
Ibu 2: "Saya akan melaksanakan tugas-tugas saya dengan senang hati."
AP: "Sekarang, mari kita bicara tentang suami tipe ketiga. Setelah roti itu hangus, ia memandang istrinya sambil mengatakan, 'Nih, saya ajari kamu cara membakar roti!'"
Semua: "Tidak. Suami macam itu lebih buruk lagi dari yang pertama, sebab ia menganggap saya dungu."
AP: "Bagaimana kalau apa yang suami Anda lakukan itu, Anda lakukan kepada Anak-Anak Anda dan Anak-Anak didik Anda?"
Ibu 1: "Sekarang saya mengerti tujuan membuka dialog ini. Saya memang selalu mengkritik anak-anak saya, anak-anak didik saya, tanpa saya sadari. Saya selalu mengatakan, 'Kamu sudah dewasa, sudah harus tahu bahwa apa yang kamu lakukan itu salah.' Saya sekarang tahu mengapa mereka marah dengan kata-kata saya."
Ibu 2: "Saya juga selalu mengatakan kepada anak-anak saya, anak-didik saya 'Biar saya tunjukkan padamu cara melakukan ini dan itu.' Dan sering kali mereka 'marah' saat mendengarnya.
Ibu 3: "Saya sering 'mengkritik' anak-anak saya & anak-didik saya. Hal itu menjadi hal yang biasa bagi saya. Dan saya sering mengulang-ulang kalimat yang dulu diucapkan orang tua dan guru saya kepada saya. Dulu, saya juga sangat tidak suka mendengar mereka mengatakannya."
AP: "Kalau begitu, mari kita cari tahu yang mungkin kita pelajari dari kasus roti hangus ini.
Apa yang membantu mengubah perasaan Anda dari 'benci' menjadi 'senang' terhadap suami Anda?"
Ibu 1: "Saya yakin sebabnya adalah karena suami TIDAK MENYALAHKAN saya, tetapi dia MEMAHAMI perasaan saya."
*Kebutuhan dasar manusia: Aman, Bernilai, DIPAHAMI, Dihargai, dan Dicintai.
Ibu 2: "TANPA MENCELA saya."
*Kebutuhan dasar manusia: Aman, Bernilai, Dipahami, DIHARGAI, dan Dicintai.
Ibu 3: "TANPA MENDIKTE saya."
*Kebutuhan dasar manusia: Aman, BERNILAI, Dipahami, Dihargai, dan Dicintai.
Setelah sampai pada yang dituju, ahli pendidikan itu mengatakan..
AP: "Sekarang Anda semua mengerti bahwa apa yang Anda inginkan dari suami Anda, itulah yang diinginkan pula oleh ANAK-ANAK KITA, anak-didik kita, suami kita, istri kita, dan rekan-rekan kita dari kita, yakni: PENGERTIAN dan EMPATI."
EMPATI
(c) 2004 Teks dr kiriman Steven Madyo Sukarto (Milis Living Values). Dr Slide MatKul Religiositas UMN, dibawakan oleh Alexander Aur, dibuat oleh Fidelis Waruwu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H