Â
"Rajam... rajam..."
Demikianlah pekik seru khayalak membelah langit, mewarnai senja dengan hujat serta caci maki yang lahir dari lidah-lidah lelaki berjubah putih, nyaring melebihi lantunan doa mereka. Nampak tangan-tangan terjunjung tinggi, bukan oleh keadilan --munafik sekali bila menamainya suatu keadilan. Bukan. Itu batu gosok dari kampung-kampung tetangga, atau barangkali saripati otak mereka? Tak tahulah, habisnya kosong benar hingga mau-maunya dijadikan centeng buat asal merajam! Â
Seakan gelegear wahyu Tuhan turun dari awan-awan, khayalak menyepi, menyambut muntahan corong pengeras di depan bibir sang ketua Laskar. "Wahai saudara-saudaraku setanah air... janganlah sekali-kali kita sudi dipimpin orang kafir yang tak sujud terhadap Tuhan kita!"
YA!
"Yang keturunan najis!"
YA!
"Yang telah menistakan ajaran-ajaran Tuhan kita!"
YA!
"DEMI TUHAN!!!!!!"
 Kemudian, hujan batu.