Jawaban singkat padat yang pas, mungkin salah satunya: sungguh Tonaas, the Real Tonaas (lihat Benni E. Matindas dalam Cakrawala Sulut, Benny Tengker Sang Tonaas Sejati, 1997), sebagaimana dipahami, dirayakan, dan dihidupi oleh se Matuari sebagai komunitas kultural Minahasa sejak eksis di bumi Tu Uxin Dao Na (tanah tempat tiba dengan tak sengaja) bahkan masih dalam pra bayangan mereka di negeri jauh pada zaman perang tiga kerajaan, San Guo/Sam Kok pads abad ketiga Masehi.
Sejauh mana kebenaran faktual identitas Leluhur Minahasa khususnya dalam nilai dan semangat ketonaasan (keunggulan individual) dan kematuarian (komunalitas persaudaraan), tak berlebihan untuk mencari tahu dalam dan melalui sosok Benny Tengker dan kiprahnya bersama tou Kawanua yang hari ini melepaskannya menuju tanah damai dan sejahtera selamanya.
Requiescat In Pace, Tonaas BenTeng, menuju kehidupan kekal.#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H