Kritik dan boikot yang dilakukan dalam cancel culture seringkali disertai dengan ujaran kebencian, pelecehan, dan intimidasi online. Â
Contohnya, serangan online terhadap individu atau kelompok yang dikritik secara publik. Serangan ini dapat menyebabkan kerusakan mental dan emosional yang serius bagi korban.
Kesimpulan
Cancel culture merupakan fenomena kompleks yang memiliki sisi positif dan negatif. Di satu sisi, cancel culture dapat menjadi alat untuk mempromosikan keadilan dan akuntabilitas. Namun, di sisi lain, cancel culture juga dapat berujung pada penghukuman massal, kehilangan ruang dialog, kekuasaan, dan kekerasan online.Â
Perlu dipahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk berpendapat dan melakukan kesalahan. Â Namun, perlu juga untuk bertanggung jawab atas tindakan dan perkataan kita.Â
Cancel culture dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan keadilan, tetapi harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab.Â
Sebagai masyarakat, kita perlu menemukan cara untuk membangun dialog yang konstruktif dan menyelesaikan konflik dengan cara yang adil dan bermartabat. Â
Kita juga perlu melindungi hak individu untuk berpendapat dan melakukan kesalahan, tanpa harus dihukum secara massal.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H