"Tapi, aku tidak akan pernah memikirkan hal itu lagi. Sudah kuputuskan, bahwa aku tidak akan menyerah dengan segala keadaan! Kau juga seharusnya seperti itu. Aku tau, kau kuat. Dan aku yakin, suatu saat kau dapat menjadi seperti apa yang kau mau, tanpa tekanan yang memberatkan!"
"Ya, semoga begitu. Apa kau yakin dengan ucapanmu?"
"Ya! Kenapa tidak?"
"Itu karena..."
"Cut!"
***
Gadis itu telah menyelesaikan perannya dengan baik, bahkan pujian selalu menghiasi hari-harinya. Namun, ia sama sekali tidak melupakan kejadian dimana ia dihakimi. Setiap ia melihat kerumunan, ia selalu saja mengingat masa terburuk yang ada dalam hidupnya. Semalam ia dengan gemetar meminum obat penenang dengan dosis tinggi. Tubuhnya terasa melayang bebas, sama seperti ia pergi ke kelab untuk bermabuk ria minggu lalu.
Lalu pagi ini, ia lompat dari lantai lima akibat efek samping dari obat penenangnya sendiri. Sekarang, ia telah tiada akibat serangan panik yang tiba-tiba hadir akibat telah overdosis obat penenang, hingga menghadirkan halusinasi yang berkepanjangan selama semalaman penuh. Bahkan semalam terdengar suaranya berteriak tak karuan akibat kesal, entah kesal dengan siapa akupun tak tau.
Ah, kau terlalu bodoh untuk mengakhiri hidupmu sekarang. Tapi tak apa, kau masih dapat ku jadikan sebagai sumber keuanganku, meski kau telah tiada. Malangnya nasibmu, si gadis dungu kacung setiaku!
~ The End ~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI