***
Gadis itu datang menuju bukit yang berada di belakang vila kosong itu dengan langkah gontainya, seolah ia tak ingin meninggalkan matahari tenggelamnya. Ia terlihat menikmati pemandangannya, dengan suka ria ia mengambil sebuah kamera dan memotret gambar pemandangan yang ada di hadapannya.
Secara tidak sengaja, seorang pemuda juga ikut terpotret dalam kameranya. Gadis itu mendekat, dan menepuk hangat pundak milik lelaki itu. "Ah, apa yang terjadi?"
"Mereka selalu saja meneriakiku dengan sebutan jalang."
"Mengapa begitu?"
"Mereka berpikir bahwa aku adalah anak seorang jalang. Padahal mereka tak mengerti apapun tentangku, atau keluargaku sekalipun!" Lelaki itu menatap muram angkasa lepas yang berada di hadapannya. Lalu, kembali tersenyum kecut sembari menatap tanah yang ia pijak.
"Kau pernah membaca sebuah pepatah, mengenai pohon?"
"Apa itu?" Tangannya mengusap tengkuk secara terus menerus, wajah polosnya terlalu lucu untuk memerankan sebagai tokoh yang bingung. Gadis memberikan buku bersampul toska, sedangkan lelaki itu mengambilnya dan segera membuka buku itu. Kepalanya berpikir keras untuk memikirkan kalimat yang ada.
~ ".... Hanya saja aku tidak pernah peduli, sebutan orang padaku atau anggapan mereka, yang terpenting adalah bagaimana aku hidup, dan bagaimana aku menjaga mereka yang penting untukku. Salah satu guruku pernah berkata, pohon menjadi lebih tinggi dari pada rumput karena keinginannya untuk mendapat sinar matahari lebih besar dari rumput, sementara bunga lebih indah dari pada rumput karena keinginannya untuk terlihat lebih cantik dari rumput." [Tokoh Utama] menepuk pundak gadis itu. "Tidak peduli apa yang orang katakan atau pandangan orang terhadapmu, menjadi seperti apa dirimu itu tergantung keinginanmu yang paling dalam." ~
"Apa itu?"
"Itu kalimat yang ku lupakan saat bermain peran tadi. Mereka juga meneriakiku jalang, akibat keteledoranku. Sampai akhirnya, peranku diganti oleh orang lain." Gadis itu hanya menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. Terdapat bercak-bercak rasa kesal, hampa, emosi, atau apapun itu jadi satu.