“Maafkan aku mas, tapi kita tidak boleh bersama lagi!”
“Kenapa?”
“Karna aku sudah menjdi suster, kau tentu sudah tahu apa artinya, ya kan?”
“Aku tahu, dan aku juga tahu, kau belum mengucapkan kaulmu kan?, kita masih bisa hidup bersama Yan”, kini Bram mengucapkannya dengan lembut sambil menggenggam tangan Yani.
“Sekarang namaku Suster Angelica, bukan Yani.”
“Aku tidak peduli namamu apa, yang kutahu kau adalah Yani kekasihku, walau jubah menyelubungimu.”
“Tidak mas, aku tidak kekasihmu lagi, aku sudah memutuskan untuk menjadi Biarawati, dan tidak akan menikah, aku mohon pengertian darimu!”
“Keputusanmu sepihak, hingga saat ini kita masih berstatus pacaran, kau masih kekasihku, belum ada kata putus dari mulut sipapun dari kita berdua.”
“Baik, sekarang kita PUTUS.”
“Putus, Oh… begitukah?, segampang itu kau mengatakannya?, setelah lima tahun aku mencarimu hingga aku hampir gila?” Bram melepaskan genggamannya dari tangan Yani, seolah tidak ada lagi harapan untuknya.
“Maafkan aku mas, bukan kehendakku, tapi Tuhan menghendakiku untuk hidup hanya untuk melayani-Nya”