Dengan semangat yang menyala-nyala ia menyatakan sikap optimisnya, yang sekaligus juga sebagai harapan & doa bahwa Kecamatan Jambu dengan potensinya yang luar biasa layak menjadi surganya Kabupaten Semarang, bahkan Jawa Tengah.
Cita-cita dan harapan yang besar tersebut akan dicapai setidaknya melalui 3 pendekatan strategis, yaitu: Â (1). Pendekatan kultural - dimana kegiatan pertanian tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan kebudayaan.Â
Bila kegiatan bercocok tanam eksis, maka budaya terkait mata pencaharian tersebut akan berkembang. Sebagai contoh produksi kopi erat kaitannya dengan budaya minum dan menikmati kopi.Â
Untuk itu promosi dan upaya peningkatan pertanian akan diintegrasikan dengan upaya pemeliharaan budaya, atau kegiatan pemberdayaan masyarakat akan disuarakan melalui event-event budaya.Â
Pendekatan komunitas - semua jejaring komunitas yang ada baik on line maupun off line akan dimasuki sebagai jalur promosi dan pemasaran.Â
Pendekatan struktural - di mana pemerintah harus tampil di depan memberikan contoh atau teladan, misalnya dalam hal pemasaran produk kopi setempat, maka semua instansi Kecamatan akan mengkonsumsi kopi lokal. Teladan nyata dirasa akan lebih efektif daripada sekedar peraturan.
Bapak Camat yang berjiwa seni ini juga telah memperhitungkan  berbagai tantangan yang akan dihadapi. Tantangan-tantangan tersebut antara lain: rasa percaya diri masyarakat, yaitu rasa percaya diri bahwa hasil pertanian dapat diberdayakan untuk mensejahterakan petani.Â
Upaya yang akan dilakukan adalah menggerakkan kepercayaan diri, meningkatkan rasa optimisme masyarakat untuk menghargai dan memanfaatkan hasil produksinya sendiri. Tanpa ini, maka gerakan cinta karya anak bangsa akan menjadi jargon kosong. Intinya perubahan harus dimulai dari diri sendiri, lalu memancar ke luar.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjadikan pertanian juga menjadi profesi yang diminati banyak orang. Keberadaan pertanian yang ada saat ini lebih banyak karena warisan leluhur, dan ada kecenderungan lama kelamaan akan menurun. Hal ini karena anak-anak muda masa kini pada umumnya enggan memasuki dan mengembangkan pertanian.
Selain karena profesi ini dirasa kurang membanggakan, juga hasil pertanian belum banyak memberikan harapan karena persoalan pemasaran. 80% masyarakat wilayah Jambu memiliki kopi, tetapi belum mensejahterakan. Untuk itu product, price, promotion akan dikemas sehingga Kopi Jambu dapat menjadi tuan rumah di tempatnya sendiri, yang mana saat ini masih terkalahkan oleh 'kopi saset' pabrikan.