Al Qur'an sebagai titik epicentrum dari segala atribut keagamaan adalah sesuatu yang rumit dan kompleks. Berbagai konsep tentang Tuhan, malaikat, syetan, wahyu,nabi, akherat dan lain-lain sangat sulit dipahami. Belum lagi proses periwayatannya, pengumpulan bukti, penulisan, pembukuan dan seterusnya memerlukan penelitian yang tidak sederhana serta melibatkan banyak disiplin ilmu.
Menempatkan "teks" dalam kedudukan yang sangat tinggi adalah kecenderungan semua agama yang memilki kitab suci. Wujud modern dari kecenderungan itu adalah fundamentalisme dengan pemahaman agama yang literalis, skiripturalistik dan bibliolatrik. Jika ini berlebihan, maka dimensi manusia (ghayab al-insan) akan hilang dari modus keberagamaan. Dan manusia menjadi terasing dari pengalaman spiritualnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H